Syaloom saudaraku,
Selamat malam dunia, sebelum aku pergi tidur tadi aku sempat mendengar dari 1 Yohanes 3 : 11 - 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ay.18).
Setiap menjelang akhir tahun biasanya kita akan merenung, apa saja yang telah kita perbuat sepanjang tahun ini. Dan biasanya kita melihat kebelakang untuk sekilas dan berusaha memperbaikinya untuk masa depan.
Tahun 2015 yang sebentar lagi akan berganti menurut sebagian besar masyarakat dunia adalah tahun yang sarat dengan pergumulan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, erupsi gunung, musim kemarau yang panjang, bencana asap, banjir, peperangan dan lain-lain, adalah beberapa peristiwa yang membuat sebagian masyarakat dunia hidup dalam pergumulan atau kesulitan. Kita prihatin untuk semua yang terjadi. Namun yang sangat memprihatinkan adalah memudarnya rasa kesetia kawanan atau kepekaan sosial.
Banyak orang justru berlomba untuk hidup mengedepankan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengan sesama. Kepedulian terhadap sesama hanyalah bagian dari suatu entertaint/ pertunjukan atau menjadi topik pembicaraan atau diskusi yang hangat di kalangan tertentu.
Penulis Yohanes dengan tegas mengingatkan jemaat untuk hidup saling mengasihi bukan saling membenci seperti yang dilakukan oleh Kain. Bagaimana pun juga membenci sama jahatnya dengan membunuh dan sangat bertentangan dengan tujuan Allah dalam Kristus yaitu menyelamatkan manusia. Kasih itu berakar atau bersumber pada Allah dan karya-Nya di dalam Yesus Kristus. Karena kasih, Yesus telah berkorban menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Kasih Allah dalam Kristus itu bukanlah sebatas hanya untuk kita yang percaya tetapi juga untuk semua orang termasuk musuh (orang berdoa). Selain itu Yesus juga memberi teladan kepada kita bahwa kasih itu bukan sekedar wacana atau kata-kata yang manis tetapi suatu tindakan yang konkrit. Kasih yang diperlihatkan dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia.
Mengakhiri tahun 2015 kita diingatkan untuk hidup mengasihi bukan dengan kata-kata atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran. Harus diingat bahwa tidak semua kasih yang diwujudkan dengan perbuatan adalah kasih yang dikehendaki Tuhan Yesus. Contoh : kasih yang diwujudkan dengan mengharapkan balasan atau imbalan. Itu tidak dikehendaki, dan itu jelas salah atau tidak benar sebab berarti kita mengharapkan imbalan, padahal kasih tidak meminta imbalan apa pun. Yang dikehendaki-Nya adalah kasih yang diwujudkan dengan perbuata dalam kebenaran. Kebenaran (Yun. Aletheia) berarti apa yang sesuai dengan kenyataan terutama yang bersumber pada Allah dan kehendak-Nya. Mengasihi sesama dengan perbuatan dalam kebenaran membuktikan bahwa kita adalah orang-orang yang telah hidup baru di dalam Kristus.
Doa :
Tuhan Yesus mampukan kami hidup meneladani kasih-Mu.
Selamat malam dunia, sebelum aku pergi tidur tadi aku sempat mendengar dari 1 Yohanes 3 : 11 - 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ay.18).
Setiap menjelang akhir tahun biasanya kita akan merenung, apa saja yang telah kita perbuat sepanjang tahun ini. Dan biasanya kita melihat kebelakang untuk sekilas dan berusaha memperbaikinya untuk masa depan.
Tahun 2015 yang sebentar lagi akan berganti menurut sebagian besar masyarakat dunia adalah tahun yang sarat dengan pergumulan. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, erupsi gunung, musim kemarau yang panjang, bencana asap, banjir, peperangan dan lain-lain, adalah beberapa peristiwa yang membuat sebagian masyarakat dunia hidup dalam pergumulan atau kesulitan. Kita prihatin untuk semua yang terjadi. Namun yang sangat memprihatinkan adalah memudarnya rasa kesetia kawanan atau kepekaan sosial.
Banyak orang justru berlomba untuk hidup mengedepankan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengan sesama. Kepedulian terhadap sesama hanyalah bagian dari suatu entertaint/ pertunjukan atau menjadi topik pembicaraan atau diskusi yang hangat di kalangan tertentu.
Penulis Yohanes dengan tegas mengingatkan jemaat untuk hidup saling mengasihi bukan saling membenci seperti yang dilakukan oleh Kain. Bagaimana pun juga membenci sama jahatnya dengan membunuh dan sangat bertentangan dengan tujuan Allah dalam Kristus yaitu menyelamatkan manusia. Kasih itu berakar atau bersumber pada Allah dan karya-Nya di dalam Yesus Kristus. Karena kasih, Yesus telah berkorban menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Kasih Allah dalam Kristus itu bukanlah sebatas hanya untuk kita yang percaya tetapi juga untuk semua orang termasuk musuh (orang berdoa). Selain itu Yesus juga memberi teladan kepada kita bahwa kasih itu bukan sekedar wacana atau kata-kata yang manis tetapi suatu tindakan yang konkrit. Kasih yang diperlihatkan dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia.
Mengakhiri tahun 2015 kita diingatkan untuk hidup mengasihi bukan dengan kata-kata atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran. Harus diingat bahwa tidak semua kasih yang diwujudkan dengan perbuatan adalah kasih yang dikehendaki Tuhan Yesus. Contoh : kasih yang diwujudkan dengan mengharapkan balasan atau imbalan. Itu tidak dikehendaki, dan itu jelas salah atau tidak benar sebab berarti kita mengharapkan imbalan, padahal kasih tidak meminta imbalan apa pun. Yang dikehendaki-Nya adalah kasih yang diwujudkan dengan perbuata dalam kebenaran. Kebenaran (Yun. Aletheia) berarti apa yang sesuai dengan kenyataan terutama yang bersumber pada Allah dan kehendak-Nya. Mengasihi sesama dengan perbuatan dalam kebenaran membuktikan bahwa kita adalah orang-orang yang telah hidup baru di dalam Kristus.
Doa :
Tuhan Yesus mampukan kami hidup meneladani kasih-Mu.