Syaloom saudara dan sahabatku yang terkasih, hari ini dalam kelemahan tubuhku karena sedikit flu, aku ingin berbagi dengan kalian semua. Aku bersama 1 Samuel 8 : 10 - 22, merenungkan setiap peringatan Tuhan dalam kehidupan manusia.
Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang berakal budi dan telah memberi martabat seorang pribadi yang memiliki kehendak bebas dalam menjalankan hidup sebagai rekan kerja Allah. Akal budi yang melahirkan kehendak bebas ini dianugerahkan kepada manusia, agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, manusia gagal. Sebab manusia sering menggunakan kehendak bebas-nya untuk melawan Allah.
Peringatan Allah yang sering dihadirkan dalam kehidupan manusia merupakan wujud nyata kasih-Nya yang besar dalam hidup manusia umat-Nya. Namun, umat-Nya tidak mampu merasakan bentuk kasih Allah lewat peringatan tersebut; karena mencari kesenangan duniawi. Seperti ilustrasi berikut ini :
Seorang anak usia SMP memohon mengendarai sepeda motor seperti temannya. Sang ayah melarang dengan alasan karena anaknya belum memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi) dan juga karena tinggi badan sang anak belum mendukung; sehingga akan mempersulitnya dalam menjaga keseimbangan dan membahayakan dirinya serta orang disekitarnya. Sang anak tetap memaksa. Kekerasan hati sang anak membuat ayahnya mengijinkan dan berkata : "Baiklah, tetapi jika ada sesuatu, tanggung sendiri resikonya!". Namun, sore harinya saat pulang kursus, anak tersebut kecelakaan menyerempet mobil karena ketidakseimbangannya mengendarai motor tersebut. Peristiwa itu membuat anaknya sadar akan kesalahannya.
Hubungan ayah dan anak diatas ibarat seperti hubungan Tuhan Allah dengan umat-Nya. Sebagai umat sering memaksa keinginan dan kehendak kepada Tuhan Allah. Ketika Tuhan melihat itu tidak baik, maka sebagai Sang Bapa selalu memberikan peringatan resiko yang akan dialami. Namun, peringatan itu tidak didengar oleh umat dan tetap memaksa keinginannya. Itulah yang dilakukan bangsa Israel kepada Tuhan untuk meminta seorang raja. Kekerasan hati bangsa Israel, akhirnya membuat Tuhan mengijinkan permohonan mereka meskipun salah.
"Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel ..... Tuhan berfirman kepada Samuel: Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka" (ayat 19, 22)
Saat ini kita belajar bahwa : Sekali pun Allah tidak senang dengan permintaan bangsa Israel karena motivasi mereka meminta itu salah di hadapan Tuhan, namun Allah mengijinkan permintaan mereka. Karena Allah ingin menuntun umat-Nya mengalami pembelajaran. Hal ini menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia. Hari ini ingatlah : Tuhan sering mengijinkan keinginan kita bukan karena Tuhan kalah atau mengalah; tetapi Tuhan mengijinkan karena Ia mau memberikan pembelajaran di dalam kehidupan umat-Nya. Mari, sebelum hidupmu hancur, belajarlah untuk selalu mendengar dan menjalankan peringatan dari Allah dengan selalu melakukan kehendak-Nya.
Doa :
Allah yang berkuasa atas kehidupan kami, ampuni kamiketika kami selalu memaksakan kehendak kami dan tidak mendengar peringatan-peringatan-Mu.
Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang berakal budi dan telah memberi martabat seorang pribadi yang memiliki kehendak bebas dalam menjalankan hidup sebagai rekan kerja Allah. Akal budi yang melahirkan kehendak bebas ini dianugerahkan kepada manusia, agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, manusia gagal. Sebab manusia sering menggunakan kehendak bebas-nya untuk melawan Allah.
Peringatan Allah yang sering dihadirkan dalam kehidupan manusia merupakan wujud nyata kasih-Nya yang besar dalam hidup manusia umat-Nya. Namun, umat-Nya tidak mampu merasakan bentuk kasih Allah lewat peringatan tersebut; karena mencari kesenangan duniawi. Seperti ilustrasi berikut ini :
Seorang anak usia SMP memohon mengendarai sepeda motor seperti temannya. Sang ayah melarang dengan alasan karena anaknya belum memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi) dan juga karena tinggi badan sang anak belum mendukung; sehingga akan mempersulitnya dalam menjaga keseimbangan dan membahayakan dirinya serta orang disekitarnya. Sang anak tetap memaksa. Kekerasan hati sang anak membuat ayahnya mengijinkan dan berkata : "Baiklah, tetapi jika ada sesuatu, tanggung sendiri resikonya!". Namun, sore harinya saat pulang kursus, anak tersebut kecelakaan menyerempet mobil karena ketidakseimbangannya mengendarai motor tersebut. Peristiwa itu membuat anaknya sadar akan kesalahannya.
Hubungan ayah dan anak diatas ibarat seperti hubungan Tuhan Allah dengan umat-Nya. Sebagai umat sering memaksa keinginan dan kehendak kepada Tuhan Allah. Ketika Tuhan melihat itu tidak baik, maka sebagai Sang Bapa selalu memberikan peringatan resiko yang akan dialami. Namun, peringatan itu tidak didengar oleh umat dan tetap memaksa keinginannya. Itulah yang dilakukan bangsa Israel kepada Tuhan untuk meminta seorang raja. Kekerasan hati bangsa Israel, akhirnya membuat Tuhan mengijinkan permohonan mereka meskipun salah.
"Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel ..... Tuhan berfirman kepada Samuel: Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka" (ayat 19, 22)
Saat ini kita belajar bahwa : Sekali pun Allah tidak senang dengan permintaan bangsa Israel karena motivasi mereka meminta itu salah di hadapan Tuhan, namun Allah mengijinkan permintaan mereka. Karena Allah ingin menuntun umat-Nya mengalami pembelajaran. Hal ini menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia. Hari ini ingatlah : Tuhan sering mengijinkan keinginan kita bukan karena Tuhan kalah atau mengalah; tetapi Tuhan mengijinkan karena Ia mau memberikan pembelajaran di dalam kehidupan umat-Nya. Mari, sebelum hidupmu hancur, belajarlah untuk selalu mendengar dan menjalankan peringatan dari Allah dengan selalu melakukan kehendak-Nya.
Doa :
Allah yang berkuasa atas kehidupan kami, ampuni kamiketika kami selalu memaksakan kehendak kami dan tidak mendengar peringatan-peringatan-Mu.