Syaloom saudara dan sahabatku, semoga hariini Tuhan Allah tetap hadir di kehidupan kita sehari-hari. Tentunya kita selalu merasakan nikmat dan berkat yang Tuhan beri. Seperti Pengkhotbah 5 : 7 - 19.
"..... kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri (Pengkhotbah 5 : 12b).
Kekayaan alam maupun harta dan uang merupakan bagian dari pemeliharaan Tuhan. Tapi manusia sering gagal memahaminya, sebab mereka menganggap harta kekayaan harus terus bertambah dan akhirnya tidak dapat menguasai diri. Di dalam alkitab hal-hal tentang uang digambarkan secara negatif seperti " ..... akar segala kejahatan adalah uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya degan berbagai duka (1 Timotius 6 : 10). Artinya karena cinta akan uang mereka menjadi tamak dan kikir. Sama seperti seseorang yang terjebak dalamnafsu dan menjadikan dirinya sebagai penyembah berhala dari dewa uang. Dia akan berusaha keras untuk mendapatkan uang dan mengejar kekayaan meski dengan tidak halal; yaitu dengan berbuat curang dan jahat.
Tentang uang dan kekayaan, Pengkhotbah mengingatkan pada ayat 12b - 13. Orang berkata, jangan bekerja untuk uang, tetapi buatlah uang itu bekerja untuk kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati. Ketergantungan akan semua itu mengakibatkan ketagihan yang hebat dan satu saat akan mematikan. Kekayaan itu dapat membawa kita menjauhi Allah, serta membawa kita keluar dari tugas dan kewajiban kita bagi-Nya. Sungguh! Kekayaan membawa kepada kemalangan, karena maksud dan praktek penggunaannya bagi kepentingan diri sendiri.
Pengkhotbah mengingatkan kita tentang kondisi orang yang telah bekerja sia-sia, bagaikan menjaring angin belaka. Orang itu bukannya sedih lalu bertobat, tetapi ia marah terhadap pemeliharaan Allah, marah pada segala hal tentang dirinya, dan semua itu mengandalkan kemalangannya.
Maka, gunakanlah waktu, kekayaan, dan talenta atau kemampuan bagi pekerjaan dalam ladang Tuhan.
Setiap orang yang dikarunia Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagianya dan untuk bersuka cita ..... (Pengkhotbah 5 : 18)
Sebab hidup itu karunia Allah, Ia-lah sumber segala kenikmatan hidup dan memberikan kepada manusia yang berjerih payah untuk mendapatkannya, maka kita berhak menikmatinya. Harta kita, sedikit ataupun banyak, semua milik kita adalah pemberian Allah. Dan itu merupakan sumber sukacita karena Allah memberikannya pada kita. Jadi arahkan diri kita kepada Sang Pemberi, bukan kepada pemberian-pemberian-Nya.
Kita dapat merasa cukup, bila menyadari bahwa di dalam Dia, kita memiliki semua yang kita butuhkan. Hati yang penuh sukacita adalah suatu berkat yang besar. Olehnya kita dapat bekerja dengan mudah. Kemalangan pun menjadi ringan. Apabila kita menggunakan kekayaan kita secara pantas, kita akan mengingat masa lalu kita dengan senang. Allah adalah pemberi hidup dan kenikmatan hidup. Milik itu hendaknya digunakan secara konsekuen selaras dengan kehendak Allah dan bagi kemuliaan-Nya.
Kita pasti ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri, kepada pengikut-Nya, untuk mengarahkan perhatian mereka bukan pada berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (Yohanes 6 ; 27).
Kristus adalah Roti Hidup, satu-satunya makanan bagi jiwa kita. Jiwa berarti rasionalitas atau akal, dan juga kehendak kita. Betapa besar manfaat Roti Hidup bagi keputusan dan tanggung-jawab kita. Siapa pun, rendah atau tinggi kedudukannya, harus memperlihatkan kebenaran dan ketetapan keputusannya serta mampu mempertanggungjawabkannya, kini maupun nanti.
Apakah kita adalah orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kuasa untuk menikmatinya? Jangan ragu, terimalah bagian yang diberikan Allah kepada kita masing-masing. Namun apabila itu semua merupakan hasil perampasan korupsi, janganlah menikmatinya. Sebab, jika kita menikmatinya, maka kita mengundang penghukuman atas diri kita, sebab itu bukan karunia Allah.
Doa :
Berikan hikmat-Mu Tuhan, agar harta dan uangku menjadi berkat bagi sesama dan lepaskan kami dari keinginan untuk menikmati kerja korupsi. Biarlah kami mendapat kebahagiaan.
"..... kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri (Pengkhotbah 5 : 12b).
Kekayaan alam maupun harta dan uang merupakan bagian dari pemeliharaan Tuhan. Tapi manusia sering gagal memahaminya, sebab mereka menganggap harta kekayaan harus terus bertambah dan akhirnya tidak dapat menguasai diri. Di dalam alkitab hal-hal tentang uang digambarkan secara negatif seperti " ..... akar segala kejahatan adalah uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya degan berbagai duka (1 Timotius 6 : 10). Artinya karena cinta akan uang mereka menjadi tamak dan kikir. Sama seperti seseorang yang terjebak dalamnafsu dan menjadikan dirinya sebagai penyembah berhala dari dewa uang. Dia akan berusaha keras untuk mendapatkan uang dan mengejar kekayaan meski dengan tidak halal; yaitu dengan berbuat curang dan jahat.
Tentang uang dan kekayaan, Pengkhotbah mengingatkan pada ayat 12b - 13. Orang berkata, jangan bekerja untuk uang, tetapi buatlah uang itu bekerja untuk kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati. Ketergantungan akan semua itu mengakibatkan ketagihan yang hebat dan satu saat akan mematikan. Kekayaan itu dapat membawa kita menjauhi Allah, serta membawa kita keluar dari tugas dan kewajiban kita bagi-Nya. Sungguh! Kekayaan membawa kepada kemalangan, karena maksud dan praktek penggunaannya bagi kepentingan diri sendiri.
Pengkhotbah mengingatkan kita tentang kondisi orang yang telah bekerja sia-sia, bagaikan menjaring angin belaka. Orang itu bukannya sedih lalu bertobat, tetapi ia marah terhadap pemeliharaan Allah, marah pada segala hal tentang dirinya, dan semua itu mengandalkan kemalangannya.
Maka, gunakanlah waktu, kekayaan, dan talenta atau kemampuan bagi pekerjaan dalam ladang Tuhan.
Setiap orang yang dikarunia Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagianya dan untuk bersuka cita ..... (Pengkhotbah 5 : 18)
Sebab hidup itu karunia Allah, Ia-lah sumber segala kenikmatan hidup dan memberikan kepada manusia yang berjerih payah untuk mendapatkannya, maka kita berhak menikmatinya. Harta kita, sedikit ataupun banyak, semua milik kita adalah pemberian Allah. Dan itu merupakan sumber sukacita karena Allah memberikannya pada kita. Jadi arahkan diri kita kepada Sang Pemberi, bukan kepada pemberian-pemberian-Nya.
Kita dapat merasa cukup, bila menyadari bahwa di dalam Dia, kita memiliki semua yang kita butuhkan. Hati yang penuh sukacita adalah suatu berkat yang besar. Olehnya kita dapat bekerja dengan mudah. Kemalangan pun menjadi ringan. Apabila kita menggunakan kekayaan kita secara pantas, kita akan mengingat masa lalu kita dengan senang. Allah adalah pemberi hidup dan kenikmatan hidup. Milik itu hendaknya digunakan secara konsekuen selaras dengan kehendak Allah dan bagi kemuliaan-Nya.
Kita pasti ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri, kepada pengikut-Nya, untuk mengarahkan perhatian mereka bukan pada berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (Yohanes 6 ; 27).
Kristus adalah Roti Hidup, satu-satunya makanan bagi jiwa kita. Jiwa berarti rasionalitas atau akal, dan juga kehendak kita. Betapa besar manfaat Roti Hidup bagi keputusan dan tanggung-jawab kita. Siapa pun, rendah atau tinggi kedudukannya, harus memperlihatkan kebenaran dan ketetapan keputusannya serta mampu mempertanggungjawabkannya, kini maupun nanti.
Apakah kita adalah orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kuasa untuk menikmatinya? Jangan ragu, terimalah bagian yang diberikan Allah kepada kita masing-masing. Namun apabila itu semua merupakan hasil perampasan korupsi, janganlah menikmatinya. Sebab, jika kita menikmatinya, maka kita mengundang penghukuman atas diri kita, sebab itu bukan karunia Allah.
Doa :
Berikan hikmat-Mu Tuhan, agar harta dan uangku menjadi berkat bagi sesama dan lepaskan kami dari keinginan untuk menikmati kerja korupsi. Biarlah kami mendapat kebahagiaan.