Syaloom saudara dan sahabatku, diakhir minggu ini aku masih bersama Matius 20 : 11 - 16. Kita terkadang tidak merasa puas dengan apa yang kita dapat atau kita peroleh. Dan kita merasa selalu tidak pernah cukup, itulah suatu sifat dari manusia, yang selalu merasa kurang.
Ambilah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu (Matius 20 : 14).
Bacaan ini menggambarkan sikap tuan rumah yang ingin melakukan kebaikannya kepada orang lain juga. Tuan rumah itu merasa sudah memberikan kepada para pekerja itu apa yang menjadi bagian mereka, menjadi hak mereka. Setelah itu, tuan rumah itu merasa urusannya dengan mereka telah selesai. Pekerja itu juga menerima apa yang menjadi hak mereka, bagian mereka. Tuan rumah telah melaksanakan kewajibannya kepada pekerja itu, dan ia ingin terus memberikan hak kepada pekerja lain lagi. Seharusnya para pekerja itu merasa cukup. Masalah muncul ketika mereka merasa belum cukup.
Perasaan belum cukup itulah yang selalu menghantui manusia dalam kehidupannya. Manusia selalu diliputi perasaan tidak cukup. Perasaan seperti ini merupakan sumber dari banyak masalah manusia. Masalahnya, apakah manusia bisa hidup dengan secukupnya saja? Nampaknya susah karena manusia selalu merasa kurang. Manusia harus makan, sedangkan kebutuhan makan itu terjadi terus hampir setiap tiga, empat jam. Itulah masalah manusia. Kalau saja manusia bisa membiasakan diri untuk merasa cukup, mungkin masalah bisa dikurangi.
Masalah-masalah seperti inilah yang mengakibatkan benturan-benturan kemanusiaan. Yang pada akhirnya terjadi suatu tingkatan atau level pada manusia itu sendiri. Seperti seseorang yang tidak puas dengan keadaannya, karena merasa kurang, akhirnya dia akan melakukan sesuatu yang menurut dia dapat membuat dia lebih dari yang lain. Setelah dia lebih dari orang lain, dia tetap merasa kurang dan kurang ..... itulah suatu sifat manusia yang tak pernah puas ....
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir (Matius 20 : 16)
Ketika Obama dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, masyarakat dunia menyaksikan suatu peristiwa besar, yaitu bahwa seorang berkulit hitam untuk pertama kalinya menjadi presiden atas bangsa yang berkulit putih. Pada masa lalu bangsa Amerika itu pernah mengalami perang sipil sehubungan dengan isu perbudakan yang dialami oleh orang-orang Amerika berkulit hitam, Mereka adalah orang-orang Afrika yang dibawa dari benua Afrika untuk dijadikan budak-budak bagi bangsa Amerika yang berkulit putih.
Seperti ucapan Yesus di dalam Injil Matius, bagi bangsa Yahudi pada waktu itu adalah sesuatu yang mustahil. Bagi bangsa Yahudi, mereka adalah umat Tuhan, sedangkan bangsa-bangsa lain (goyim) tidak. Oleh karena itu bagaimana mungkin bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan itu bisa menjadi terdahulu? Pada awal abad pertama zaman bersama ketika Yesus hidup, bangsa Yahudi adalah bangsa yang percaya pada Tuhan, sedangkan bangsa Yunani tidak. Akan tetapi pada akhir abad itu, para pengikut Yesus terutama adalah bangsa Yunani. Ucapan Yesus itu membuktikan bahwa hal itu terjadi.
Kalau dalam kehidupan keagamaan, perubahan seperti itu bisa saja terjadi, maka pikiran-pikiran keistimewaan suatu suku, atau bangsa, atau ras juga bisa berubah. Kasus Obama yang menjadi presiden adalah buktinya. Mereka yang dahulu budak, kini menjadi presiden, orang nomor satu dari bangsa Amerika. Dalam kehidupan apa pun hal seperti ini bisa terjadi dan sudah terjadi.
Doa :
Berikanlah kepada kami makanan kami yang cukup hari demi hari agar kami tahu Tuhan yang memberikannya dan menjadi takut akan Tuhan dan ampunilah kami kalau kami terlalu merasa diri istimewa sehingga telah merendahkan sesama kami yang bukan bagian dari kami, entah karena agama, suku, atau ras apa pun.
Ambilah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu (Matius 20 : 14).
Bacaan ini menggambarkan sikap tuan rumah yang ingin melakukan kebaikannya kepada orang lain juga. Tuan rumah itu merasa sudah memberikan kepada para pekerja itu apa yang menjadi bagian mereka, menjadi hak mereka. Setelah itu, tuan rumah itu merasa urusannya dengan mereka telah selesai. Pekerja itu juga menerima apa yang menjadi hak mereka, bagian mereka. Tuan rumah telah melaksanakan kewajibannya kepada pekerja itu, dan ia ingin terus memberikan hak kepada pekerja lain lagi. Seharusnya para pekerja itu merasa cukup. Masalah muncul ketika mereka merasa belum cukup.
Perasaan belum cukup itulah yang selalu menghantui manusia dalam kehidupannya. Manusia selalu diliputi perasaan tidak cukup. Perasaan seperti ini merupakan sumber dari banyak masalah manusia. Masalahnya, apakah manusia bisa hidup dengan secukupnya saja? Nampaknya susah karena manusia selalu merasa kurang. Manusia harus makan, sedangkan kebutuhan makan itu terjadi terus hampir setiap tiga, empat jam. Itulah masalah manusia. Kalau saja manusia bisa membiasakan diri untuk merasa cukup, mungkin masalah bisa dikurangi.
Masalah-masalah seperti inilah yang mengakibatkan benturan-benturan kemanusiaan. Yang pada akhirnya terjadi suatu tingkatan atau level pada manusia itu sendiri. Seperti seseorang yang tidak puas dengan keadaannya, karena merasa kurang, akhirnya dia akan melakukan sesuatu yang menurut dia dapat membuat dia lebih dari yang lain. Setelah dia lebih dari orang lain, dia tetap merasa kurang dan kurang ..... itulah suatu sifat manusia yang tak pernah puas ....
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir (Matius 20 : 16)
Ketika Obama dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, masyarakat dunia menyaksikan suatu peristiwa besar, yaitu bahwa seorang berkulit hitam untuk pertama kalinya menjadi presiden atas bangsa yang berkulit putih. Pada masa lalu bangsa Amerika itu pernah mengalami perang sipil sehubungan dengan isu perbudakan yang dialami oleh orang-orang Amerika berkulit hitam, Mereka adalah orang-orang Afrika yang dibawa dari benua Afrika untuk dijadikan budak-budak bagi bangsa Amerika yang berkulit putih.
Seperti ucapan Yesus di dalam Injil Matius, bagi bangsa Yahudi pada waktu itu adalah sesuatu yang mustahil. Bagi bangsa Yahudi, mereka adalah umat Tuhan, sedangkan bangsa-bangsa lain (goyim) tidak. Oleh karena itu bagaimana mungkin bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan itu bisa menjadi terdahulu? Pada awal abad pertama zaman bersama ketika Yesus hidup, bangsa Yahudi adalah bangsa yang percaya pada Tuhan, sedangkan bangsa Yunani tidak. Akan tetapi pada akhir abad itu, para pengikut Yesus terutama adalah bangsa Yunani. Ucapan Yesus itu membuktikan bahwa hal itu terjadi.
Kalau dalam kehidupan keagamaan, perubahan seperti itu bisa saja terjadi, maka pikiran-pikiran keistimewaan suatu suku, atau bangsa, atau ras juga bisa berubah. Kasus Obama yang menjadi presiden adalah buktinya. Mereka yang dahulu budak, kini menjadi presiden, orang nomor satu dari bangsa Amerika. Dalam kehidupan apa pun hal seperti ini bisa terjadi dan sudah terjadi.
Doa :
Berikanlah kepada kami makanan kami yang cukup hari demi hari agar kami tahu Tuhan yang memberikannya dan menjadi takut akan Tuhan dan ampunilah kami kalau kami terlalu merasa diri istimewa sehingga telah merendahkan sesama kami yang bukan bagian dari kami, entah karena agama, suku, atau ras apa pun.