Translate

Monday, July 18, 2016

Hidup lebih penting daripada mati

Syaloom saudara dan sahabatku, apa kabarnya hari ini? Masih adakah berkat yang kamu rasakan hari ini? Aku masih merasakan berkat dan semakin bertambah dari hari ke hari. Sungguh besar dan ajaib kuasa Tuhan kita. Hari ini aku merenungkan suatu ayat dari Pengkhotbah 9 : 3 - 6, dan aku terfokus pada .....

Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati (Pengkhotbah 9 : 4).



          Akhir hidup (nasib) semua orang adalah sama yaitu menuju kematian, mau orang kaya, miskin, pejabat, atau pengangguran. Yang pasti mereka semua akan menuju kematian. Walau pun sekarang banyak orang berlomba-lomba untuk memperpanjang umur dengan berbagai ramuan tradisional atau obat-obatan modern tetapi tetap sama yaitu mati, sebab masa hidup mereka sudah habis atau istilahnya kontrak hidup mereka sudah tidak diperpanjang lagi.

          Akan tetapi, Pengkhotbah merenungkan kembali bahwa hidup lebih baik daripada mati, yang dia ungkapkan dengan memakai perbandingan dari dunia binatang bahwa anjing yang hidup masih lebih baik daripada singa yang mati. Meskipun singa lebih gagah dan lebih hebat daripada anjing, akan tetapi kalau singa itu sudah mati tidak ada lagi gunanya. Hidup itu tetap jauh lebih baik daripada mati.

          Orang yang hidup masih punya pengharapan di dalam Tuhan (ayat 4), karenanya kita masih punya alasan yang kuat untuk selalu bersyukur dalam hidup dan kehidupan kita. Tuhan Yesus tidak mengingkari kenyataan kematian itu, bahkan Ia begitu mengenalnya dan pernah memasukinya. Tapi toh, Ia menolaknya bahwa kematian adalah akhir segala-galanya. Seolah-olah tidak ada lagi kuasa yang dapat menaklukan kematian. Tuhan Yesus telah mengalahkan kematian itu. Tiada kuasa yang tidak Ia taklukan. Ada kehidupan setelah kematian. Semua ini menjadi pasti dan hanya terjadi di dalam Yesus Kristus. Ia adalah kehidupan itu sendiri. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup ....." (Yohanes 14 : 6). " ..... Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10 : 10).

          Kini bagaimana kita melihatnya? Tak ada kemungkinan lain. Kita mesti memilih hidup dalam Tuhan Yesus sebab ada kehidupan setelah kematian itu. Memilih hidup dalam Tuhan Yesus, tentu akan tahu segala konsekuensinya. Tuhan Yesus berkata, "Barang siapa mencintai nyawanya dia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa tidak mencintai nyawa di dunia ini (karena Yesus), ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yohanes 12 : 25). Hari-hari yang indah sudah hadir dalam kehidupan kita dan Tuhan Yesus mengajak kita untuk bersyukur kepadanya atas penegasan kembali bagi kita bahwa Ia selalu ingin kita mendapatkan kelimpahan di dalam Dia.

Doa :
Ya Bapa, kami bersyukur atas penyertaan dan perlindungan-Mu kepada kami sepanjang hari ini, sehingga kami boleh memasuki malam yang Engkau sediakan.

Saturday, July 16, 2016

Zaman dulu yang indah

Syaloom saudara dan sahabatku, semoga hari ini masih ada berkat dari Tuhan Allah yang selalu mengasihi kita. Jika kita mendapat suatu kesulitan biasanya kita akan merenung sejenak, kok sekarang susah ya; sepertinya lebih enak zaman waktu aku masih kecil atau zaman dulu. Pasti kita akan berpikir seperti itu. Sebenarnya sama saja, mau zaman dulu atau sekarang sama saja; tergantung bagaimana kita menjalani kehidupan sekarang ini. Aku masih tetap bersama Salomo di Pengkhotbah 7 : 8 - 14.

"Mengapa zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang?" ..... (Pengkhotbah 7 : 10).



          Mengakhiri suatu pekerjaan lebih baik daripada memulainya (Pengkhotbah 7 : 8), tiap pekerjaan memang harus diselesaikan. Namun, biasanya memulai segala sesuatu sering terasa sulit dan bahkan sangat malas (mager = malas gerak). Tentu !!! Sebab awalnya kita harus memiliki pengetahuan, kemudian apa yang mau dikerjakan dan langkah-langkahnya; sementara disiplin dan kesabaran sungguh diperlukan. Apakah kita bisa mengakhiri segala sesuatu dengan baik sesuai rencana dan target kita semula?

          Kita mungkin kenal istilah yang sering diucapkan : "Zaman Dulu yang Indah". Ingat dalil utama Pengkhotbah bahwa tak ada yang baru di bawah matahari. Bahwa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang, menurut Pengkhotbah tidak beralasan (Pengkhotbah 3 : 1 - 8). Pengkhotbah berkata bahwa kita tidak boleh memandang masa lalu itu lebih baik daripada masa sekarang, sebab itu sama saja dengan pemikiran yang tanpa memiliki hikmat (ayat 10). Nampaknya berhikmat, tetapi amat mematikan kesempatan melakukan pebaikan atau pemulihan. Bukankah Allah telah melakukan intervensi dalam sejarah melalui para pembaharu atau reformator? Pandangan Qohelet (Ibrani) bahwa tak ada sesuatu yang baik yang dapat dihasilkan, semua sia-sia adalah dalil yang dapat dipatahkan, apabila Allah yang merupakan sumber hikmat pembaharuan itu.

          Kita pasti tahu, bahwa apa yang telah ditentukan Allah tidak dapat diubah oleh manusia. Hari baik atau buruk dikatakan dibuat oleh Tuhan, dan itu sudah pasti salah. Tuhan tidak pernah menginginkan umatnya berada pada kemalangan. Jadi jika kita berada pada kemalangan, apakah itu merupakan kesalahan Tuhan? Bukankah kita harus berterima kasih kepada-Nya atas hal baik sesudah keluar masa-masa malang itu?

          Ada masa untuk segala sesuatunya. Masa lalu, sudah berakhir, dan masa sekarang adalah yang harus kita jalani. Adalah baik untuk kita bekerja sebaik-baiknya di masa sekarang ini agar di masa depan kita boleh menuai hasil yang baik pula. Janganlah berpuas diri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi Allah tetap campur tangan, dan hadir, sebab Ia-lah Pencipta kita.

Doa :
Biarlah hikmat-Mu, ya Allah memelihara kehidupan kami. 

Thursday, July 14, 2016

Kuasa untuk menikmati kekayaan

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana dengan siang ini. Kebetulan aku siang ini tak begitu banyak pekerjaan jadi boleh dong,jika aku menulis kembali tentang pengalaman dan pengamatanku. Aku masih berdiri di Pengkhotbah 6 : 1 - 9, sudah pasti kita akan tahu bahasan apa yang ditulis jika kita membaca judul diatas.

..... melainkan orang lain yang menikmatinya (Pengkhotbah 6 : 2)


          Siapa sech!!! yang tidak ingin terkenal dan kaya raya. Sudah pasti kita ingin untuk itu semua. Mari kita bahas bersama. Kekayaan, harta benda dan kemuliaan, ketiganya adalah karunia Allah yang lengkap bagi manusia yang mau menikmati hidup dan karunia Allah itu secara penuh. Tetapi sayang, ada orang yang tidak beroleh karunia untuk menikmatinya. Ada banyak orang bekerja keras untuk membuat hidupnya lebih lama, lebih panjang. Tapi, ia tidak berada dalam kesehatan yang sempurna, sakit-sakitan dan kemudian meninggal. Artinya orang-orang tersebut bekerja dari pagi hingga larut malam dan lupa dengan kesehatannya dan lupa pula untuk mendekat pada Tuhan, sehingga pada saat harta benda, kekayaan dan kemuliaan itu datang, mereka tak dapat menikmatinya sebab mereka terlanjur menghadap yang kuasa. Justru kekayaan, harta benda dan kemuliaan akan menjadi milik orang lain atau keturunannya (anak). Kalau pun orang tersebut mempunyai umur panjang dan mempunyai banyak anak, itu bukan berarti jaminan bisa menikmati hidup ini. Jadi semua upaya membangun kekayaan berlipat tiga, itu adalah sia-sia. Semua akan masuk dalam kubur, Kata Pengkhotbah.

          Kita memang membutuhkan kekuatan untuk menikmati apa yang ada pada kita. Kesehatan kita perlu untuk bekerja dan berkarya, lalu menerima hasil untuk menjawab kebutuhan hidup. Semuanya sia-sia kalau Tuhan tidak memberikan kuasa untuk menikmatinya! Karenanya, kita harus menjaga kesehatan. Terutama kesehatan spiritual atau rohani kita.

          Marilah memelihara iman percaya kita dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Allah, Sumber Hidup. Berkat berbentuk fisik kesehatan bahkan kesempatan menjalani hidup, telah Tuhan sedikan bagi kita, dan biarlah yang kita hasilkan berguna bagi sesama. Demikianlah kita membawa persembahan yang hidup kudus berkenan kepada Allah.

          Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur saat menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan. Tetaplah kita menjadi orang berhikmat dan memiliki pengertian, dari pada hidup tanpa hikmat.

Doa :
Ya Tuhan, berkatilah waktu dan tahun-tahun kehidupanku bukan dengan kesia-siaan, tapi untuk memuliakan-Mu.

Wednesday, July 13, 2016

Berbahagialah dalam karunia Allah

Syaloom saudara dan sahabatku, semoga hariini Tuhan Allah tetap hadir di kehidupan kita sehari-hari. Tentunya kita selalu merasakan nikmat dan berkat yang Tuhan beri. Seperti Pengkhotbah 5 : 7 - 19.

"..... kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri (Pengkhotbah 5 : 12b).

          Kekayaan alam maupun harta dan uang merupakan bagian dari pemeliharaan Tuhan. Tapi manusia sering gagal memahaminya, sebab mereka menganggap harta kekayaan harus terus bertambah dan akhirnya tidak dapat menguasai diri. Di dalam alkitab hal-hal tentang uang digambarkan secara negatif seperti " ..... akar segala kejahatan adalah uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya degan berbagai duka (1 Timotius 6 : 10). Artinya karena cinta akan uang mereka menjadi tamak dan kikir. Sama seperti seseorang yang terjebak dalamnafsu dan menjadikan dirinya sebagai penyembah berhala dari dewa uang. Dia akan berusaha keras untuk mendapatkan uang dan mengejar kekayaan meski dengan tidak halal; yaitu dengan berbuat curang dan jahat.

          Tentang uang dan kekayaan, Pengkhotbah mengingatkan pada ayat 12b - 13. Orang berkata, jangan bekerja untuk uang, tetapi buatlah uang itu bekerja untuk kita. Oleh karena itu kita harus berhati-hati. Ketergantungan akan semua itu mengakibatkan ketagihan yang hebat dan satu saat akan mematikan. Kekayaan itu dapat membawa kita menjauhi Allah, serta membawa kita keluar dari tugas dan kewajiban kita bagi-Nya. Sungguh! Kekayaan membawa kepada kemalangan, karena maksud dan praktek penggunaannya bagi kepentingan diri sendiri.

          Pengkhotbah mengingatkan kita tentang kondisi orang yang telah bekerja sia-sia, bagaikan menjaring angin belaka. Orang itu bukannya sedih lalu bertobat, tetapi ia marah terhadap pemeliharaan Allah, marah pada segala hal tentang dirinya, dan semua itu mengandalkan kemalangannya.

          Maka, gunakanlah waktu, kekayaan, dan talenta atau kemampuan bagi pekerjaan dalam ladang Tuhan.

Setiap orang yang dikarunia Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagianya dan untuk bersuka cita ..... (Pengkhotbah 5 : 18)

          Sebab hidup itu karunia Allah, Ia-lah sumber segala kenikmatan hidup dan memberikan kepada manusia yang berjerih payah untuk mendapatkannya, maka kita berhak menikmatinya. Harta kita, sedikit ataupun banyak, semua milik kita adalah pemberian Allah. Dan itu merupakan sumber sukacita karena Allah memberikannya pada kita. Jadi arahkan diri kita kepada Sang Pemberi, bukan kepada pemberian-pemberian-Nya.

          Kita dapat merasa cukup, bila menyadari bahwa di dalam Dia, kita memiliki semua yang kita butuhkan. Hati yang penuh sukacita adalah suatu berkat yang besar. Olehnya kita dapat bekerja dengan mudah. Kemalangan pun menjadi ringan. Apabila kita menggunakan kekayaan kita secara pantas, kita akan mengingat masa lalu kita dengan senang. Allah adalah pemberi hidup dan kenikmatan hidup. Milik itu hendaknya digunakan secara konsekuen selaras dengan kehendak Allah dan bagi kemuliaan-Nya.

          Kita pasti ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri, kepada pengikut-Nya, untuk mengarahkan perhatian mereka bukan pada berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (Yohanes 6 ; 27).

          Kristus adalah Roti Hidup, satu-satunya makanan bagi jiwa kita. Jiwa berarti rasionalitas atau akal, dan juga kehendak kita. Betapa besar manfaat Roti Hidup bagi keputusan dan tanggung-jawab kita. Siapa pun, rendah atau tinggi kedudukannya, harus memperlihatkan kebenaran dan ketetapan keputusannya serta mampu mempertanggungjawabkannya, kini maupun nanti.

          Apakah kita adalah orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kuasa untuk menikmatinya? Jangan ragu, terimalah bagian yang diberikan Allah kepada kita masing-masing. Namun apabila itu semua merupakan hasil perampasan korupsi, janganlah menikmatinya. Sebab, jika kita menikmatinya, maka kita mengundang penghukuman atas diri kita, sebab itu bukan karunia Allah.


Doa :
Berikan hikmat-Mu Tuhan, agar harta dan uangku menjadi berkat bagi sesama dan lepaskan kami dari keinginan untuk menikmati kerja korupsi. Biarlah kami mendapat kebahagiaan.


Tuesday, July 12, 2016

Hikmat dan konsekwensi

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana kabarmu pada ke 12 di bulan Juli ini ? Tak terasa kita sudah berada diambang pertengahan bulan Juli. Demikian cepatnya waktu berlalu, dan kiranya tidak ada kesia-siaan bagi kita, namun hanya berkat dari Tuhan. Saudara dan sahabatku hari ini aku masih mendengarkan Pengkhotbah 1 : 12 - 18

..... segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin (Pengkhotbah 1 : 14)

          Qohelet (Ibrani) berarti Pengkhotbah atau Guru. Secara harafiah adalah seseorang yang menyampaikan pengajarannya ditengah pertemuan, termasuk Salomo.

          Salomo sebagai seorang paling bijaksana yang memerintah Israel, putera Raja Israel di Yerusalem (ayat 12). Dalam hidupnya Salomo tidak mengalami sukses, meskipun ia memeriksa dan menyelidiki pekerjaannya dengan hikmat di bawah kolong langit (ayat 13). Semua kekayaan, kuasa, bahkan nikmat kehidupan sebagai raja yang berkuasa dan banyak selir, kosong belaka, sia-sia dan menjaring angin (ayat 14). Secara logika bagaimana mungkin kita dapat menjaring angin? Sebagai manusia kita harus dapat berdiam diri sejenak untuk merenung apa yang sudah kita perbuat. Seluruh pengalaman akan terbentang di depan mata kita. Seperti Raja Salomo, dahulu ia adalah seorang raja, lalu jatuh. Tetapi ia dapat memahami siapa dirinya sebenarnya. Ia tidak dapat menyembunyikan diri di bawah hikmat yang diajarkannya dengan piawi. Salomo membawa kita dalam perjalanan rohaninya yang berakhir dengan kejatuhannya sebab sebagian besar dilakukannya tanpa Tuhan.

          Oleh sebab itu segala sesuatu yang telah ditetapkan secara tertata, tidak dapat begitu saja diubah, seperti yang bengkok tak dapat diluruskan (ayat 15). Demikian juga kita tidak dapat merubah sesuatu yang tidak baik menjadi baik, atau sebaliknya. Hikmat Salomo tetap kurang, tidak lengkap! Karena manusia memerlukan hikmat dari Allah Penciptanya, untuk melakukan perubahan yang berarti.

          Yakin dan percayalah, hikmat yang benar hanya dapat ditemukan dalam Allah, dan kebahagiaan sejati hanya datang dari kehidupanyang menuruti kehendak Allah. Melalui Sang Maha kasih, kita akan menghasilkan kebijakan-kebijakan baru yang memajukan kehidupan ini baik sendiri maupun bersama. Demikianlah manusia mengalami hidup yang bermakna dan berhasil. Bersyukurlah dengan hikmat kasih Allah dengan takut akan Tuhan.

karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati ..... (Pengkhotbah 1 : 18)

          Kesaksian Salomo, berisi upaya manusia memperbesar hikmat dalam diri bahkan sampai memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan, tetapi pada akhirnya semua sia-sia. Salomo bahkan menjadi seorang yang ahli dalam kebodohan dan kebebalan; upaya melawan hikmat ini pun diselidikinya. Menurutnya, hal ini menunjukkan sesuatu yang mulia seperti hikmat dan pengetahuan dunia, tetap merupakan kesia-siaan dan ia tidak dapat memahami hidup.

          Makin banyak kita ketahui, semakin banyak sakit dan kesukaran yang kita alami. Sebab semakin kita tahu, semakin kita melihat kekurangan dan keburukan. Sementara kita yang ingin berjalan dengan Salomo dan menemukan arti kehidupan, kita harus bersedia untuk merasakan dan berpikir, mempertanyakan, menderita dan kesakitan dalam berbuat lebih banyak. Apakah kita bersedia membayar harga hikmat yang sedemikian besar?

          Makin banyak pengetahuan, semakin banyak hal yang kita sadari tidak dapat diperbaiki, tetapi harus diterima sebagaimana adanya. Dalam banyak hikmat ada banyak kesusahan hati. Itulah suatu penderitaan mental dan spiritual. Menambah pengetahuan bisa membawa kita pada rasa lemah dan kalah di satu pihak, dan di pihak lain rasa simpati, kesamaan emosional, intelektual dan iba terhadap sesama.

          Bagi kita, sepertinya tidak mungkin menerapkan hikmat atas hidup, sebab hikmat di bawah matahari memang tidak dapat menolong manusia. Tapi hikmat di atas matahari, itulah hikmat iamn dan keberanian yang diterangi oleh wahyu dari Allah. Hikmat demikian tidak membutuhkan jubah hikmat dan jubah akademik yang bertaburkan batu permata. Ia agung oleh sebab mahkota-mahkotanya sendiri (bandingkan 1 Korintus 3 : 18, 20).

          Biarlah kekaguman yang penuh hormat pada kuasa, keagungan dan kekudusan hanya pada Allah. Sementara di dalam diri kita haruslah ada ketakutan untuk melanggar kehendak-Nya. Kehormatan seperti itu patut kita miliki untuk memperoleh hati berhikmat.

Doa :
Berikan kami kuasa-Mu ya Allah, untuk kami berani memperbaiki yang salah dan buatlah kami memahami hikmat dan pengetahuan, mengatasi kebodohan dan meninggalkan kebebalan.

Monday, July 11, 2016

Jawaban yang tak memuaskan

Syaloom saudara dan para sahabatku, bagaimana kabar untuk hari ini? Adakah kamu rasa berkat Tuhan selalu diberikan kepadamu? Pasti jawabannya akan beragam. Hari ini aku berada di Pengkhotbah 1 : 8 - 11.

..... mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar (Pengkhotbah 1 : 8)

Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab Pengkhotbah dan juga dalam pasal 1 : 16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Pengkhotbah, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.

Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pimikir'. Ia merenungkan secara mendalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidak-adilan dan hal-hal yang sulit dimengerti. Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tidak dapat memahami tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasehatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan.

          Jika kita membaca pengajaran Pengkhotbah kesannya amat pesimis! Artinya saat kita berhenti memperhatikan kehidupan manusia dalam bekerja, segala pergerakan alam, nampaknya semua tidak mempunyai tujuan. Proses alam nampak menjemukan dan meletihkan; mata dan telinga tak dapat memahaminya, bahkan roh manusia juga menjadi lelah sebab mengalami pergerakan yang monoton dari alam ini. Padahal, bukankah waktu terus berganti dan perubahannya terjadi secara berkala? Sementara, kita senang Allah menghadirkan masa dan waktu, sehingga manusia dapat bertani dan melakukan kegiatan dalam hidup. Kita dapat menanam, serta menghasilkan buah dengan tehnik rumah kaca atau green house,kita bisa merekayasa atas alam dan lingkungan.

          Seperti Pengkhotbah sampaikan, apa yang pernah ada dan terulang, jawaban manusia tidak memuaskan. Hal ini bukan saja sekedar kesia-siaan yang melelahkan, tetapi lebih dari itu. Terdapat keinginan manusia untuk selalu mencari perbatasan-perbatasan baru dalam memahami ilmu pengetahuan. Manusia menemukan tehnologi baru guna meningkatkan kualitas hidup manusia dengan temuan-temuan terbaru. Jika jiwa manusia mencari hal-hal yang tidak terlibat, dan mendengar suara-suara yang sebelumnya tidak terdengar, adakah hal baru yang diciptakan Allah setelah penciptaan langit dan bumi? (Pengkhotbah 1 : 9 -10).

          Sikap pesimis Pengkhotbah harus membuat kita yakin bahwa berkat Tuhan selalu baru. Tugas kita adalah menemukannya sehingga mampu membangun suatu masa depan bagi manusia. Dalam alam terdapat potensi untuk mengembangkan dan memajukan hidup manusia, namun ada juga yang dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu kita harus dapat berpikir dan bertindak secara bijak.

          Marilah membangun perspektif baru yang memajukan kehidupan dan peradaban dunia.

Doa :
Saat kami bisa menemukan hal-hal baru yang membebaskan bagi sesama, berkatilah kami, ya Allah.

Sunday, July 10, 2016

Ada Tuhan di balik kesuksesan

Syaloom dan selamat hari minggu saudara dan sahabatku, bagaimana kabarnya anda semua untuk hari ini? Oya, apakah anda juga sudah mengikuti perjamuan Kudus di gereja anda? Hari ini aku menerima undangan dari Yesus untuk datang ke perjamuan-Nya. Dan aku merasa hidup baru, walau pun banyak hal-hal yang menghadang di depanku. Tapi aku sangat yakin bahwa Tuhan akan membuatku sukses sehingga aku dapat menyelesaikan permasalahanku dan aku harus sadar bahwa Kasih Tuhanlah yang membuatku sukses.

Bukan karena jasa-jasamu atau kebenaran hatimu ..... (Ulangan 9 : 5)

          Beberapa orang ketika berada pada puncak kesuksesan, sering diserang dengan "virus" kesombongan. Mereka menganggap bahwa kesuksesan itu karena hasil kerja kerasnya saja. Mereka mengesampingkan peran orang lain dan bahkan Tuhan dalam kesuksesannya itu. Kita tentu masih ingat bagaimana kesombongan dari sang pembuat kapal Titanic tahun 1912. Dengan bangganya, ia mengatakan bahwa Tuhan pun tidak akan mampu menenggelamkan kapal terbaik dan terkuat di jagad ini. Namun, kita tentu juga tahu bagaimana kisah selanjutnya. Hanya karena menabrak gunung es, kapal tersebut tenggelam dan menelan banyak korban jiwa.

          Dalam nasihatnya kepada bangsa Israel, Musa juga mengingatkan mereka. Ia mengatakan jika Israel telah menempati tanah perjanjian, janganlah mengatakan bahwa itu karena jasa-jasanya. Bukan pula karena Israel telah benar di hadapan Tuhan. Keberhasilan Israel untuk menduduki negeri yang dijanjikan hanya karena anugerah Tuhan saja. Tuhan melakukannya karena Tuhan ingin menegur bangsa Kanaan yang telah jahat di mata-Nya. Tuhan memberikan tanah perjanjian kepada Israel, semata karena Ia ingin menggenapi janji-Nya kepada nenek moyang orang Israel, Abraham, Ishak dan Yakub. Israel harus sadar bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Dan kalau Allah membuat mereka dapat menduduki negeri yang dijanjikan, itu semata karena kasih-Nya.

          Semangat dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan adalah sebuah keharusan dalam perjalanan hidup yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Sebab dalam kesuksesan yang diraih, kita mungkin dapat berbuat lebih banyak lagi bagi orang lain. Tapi dapatkah kita melakukan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain? Jika kita ingat bahwa segala yang kita punya dan lakukan adalah berasal dari Tuhan. Dan jika sudah berhasil jangan biarkan kebanggaan diri menguasai kita sehingga kita menyombongkan diri. Tetaplah rendah hati dan mengatakan bahwa ada Tuhan dibalik kesuksesan ini.

Doa :
Bapa, ajar kami untuk tetap rendah hati ketika kami menggapai kesuksesan.

Saturday, July 9, 2016

Jangan pernah melupakan Tuhan

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana kabarnya dengan anda hari ini? Masihkah berkat Tuhan melimpah pada anda dan maukah anda menjadi saluran berkat bagi sesama? Hari ini aku masih Ulangan 8 : 11 - 20. Di sini aku menyatakan bahwa kekayaan, keberhasilan semua berasal dari Tuhan.

Maka janganlah kau katakan dalam hatimu : Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperolah kekayaan ini (Ulangan 8 : 17)

Tetapi jika engkau sama sekali melupakan Tuhan ..... bahwa kamu pasti binasa (Ulangan 8 : 19)

          Semua yang kita peroleh di dalam dunia ini adalah dari Tuhan. Melalui pekerjaan, usaha dan kerja keras maka Tuhan memberikan berkat-berkat-Nya kepada kita. Yang awalnya kita tidak memiliki apa-apa, tetapi saat Tuhan memberkati kita dengan apa yang kita miliki dalam hidup kita kini.

          Seperti umat Israel, Tuhan pun melimpahkan segala berkat kepada kita. Sebab itu kita tidak boleh menjadi tinggi hati atas apa yang diperoleh dan dimiliki. Harta duniawi yang kita miliki sifatnya sementara. Namun seringkali ukuran keberhasilan dan harga diri saat ini diukur dari apa yang dimiliki. Akibatnya banyak orang berusaha mencari kekayaan dengan cara apa pun, misal : merampok, korupsi, pergi ke dukun. Tidak salah ketika kita berusaha untuk mencari dan mengumpulkan kekayaan. Namun yang menjadi salah jika kita mencari dengan cara-cara yang tidak benar dan menjadikan harta sebagai tujuan utama dalam hidup dan menyombongkan diri atas kekayaan yang kita miliki.

          Pada saat pagi hari ketika kita mulai berkarya/ bekerja, coba renungkan bahwa apa yang kita cari dalam dunia ini adalah atas kehendak Tuhan. Ketika kita berusaha mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi Tuhan belum meberi maka bagaimana pun usaha kita pasti tidak akan diperoleh. Walaupun kita memperolehnya kita juga harus memakainya dan mempertanggung-jawabkannya dengan benar. Jangan segala harta benda itu menjadi alat untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik, kita menjadi sombong dan kita membanggakan diri atas apa yang kita peroleh. Sesungguhnya Tuhan ingin agar kita memakai segala milik kita menjadi berkat; berkat untuk sesama dan kemuliaan Tuhan; dan yang paling penting kita memperolehnya dan memakainya dengan benar. Sebab Tuhan memiliki segalanya. Jadi kita hanya dipakai untuk saluran berkat bagi yang membutuhkan.

          Oleh karena itu, dengan tegas diingatkan supaya kita tetap setia dan tidak meninggalkan-Nya. "..... tetapi jika engakau sama sekali melupakan Tuhan, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa" (ayat 19).

          Sungguh amat fatal jika kita melupakan Tuhan alam hidup kita. sejak kehadiran kita di dunia, Tuhan sudah banyak memberi kepada kita. Kita tidak bisa membeyangkan bagaimana jika Tuhan tidak menyertai dan menopang hidup kita. Kesedihan, kekecewaan dan putus asa akan selalu menghiasi hidup kita. Yang harus dipahami adalah Tuhan hadir dan menopang kita karena Ia mengasihi dan tidak ingin kita mengalami penderitaan. banyak berkat yang Tuhan berikan dalam hidup ini. Namun tanpa disadari berkat-berkat Tuhan tidak dirasakan karena kita selalu menganggap diri mampu mengerjakannya dan memperoleh apa yang diharapkan.

           Mari kita mensyukuri segala karya-Nya. Tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa pun. Jangan sekali-kali melupakan Tuhan karena kita akan mengalami kebinasaan dalam segala hal yang kita bangun selama ini.

Doa :
Ya Bapa, ingatkanlah dan pakailah kami menjadi saluran berkat-Mu bagi sesama yang membutuhkan, dan Kristus mampukan kami serta ingatkan kami untuk setia hanya kepada-Mu. 

Friday, July 8, 2016

Tuhan berikan yang terbaik

Syaloom saudara dan sahabatku, apa kabarmu untuk hari ini? Semoga semua baik-baik saja. Malam ini kita pasti merasa bersyukur atas berkat dan nikmat yang Tuhan Allah berikan kepada kita.

Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji Tuhan, Allahmu, karena negeri yang baik diberikan-Nya kepadamu itu (Ulangan 8 : 10).

          Hari ini aku berada di Ulangan 8 : 6 - 10, dimana aku merenungkan apa yang Tuhan berikan kepadaku hari ini. Bagaimana dengan pekerjaan, kesehatan, disekolah, kantor, pengalaman baru yang mungkin kita alami? Dan aku sangat bersyukur karena aku bisa melewati dan mengalami semuanya hari ini. Walaupun masih ada rintangan didepan sana tapi aku tahu dan percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan memberi yang terbaik tepat pada waktunya.

          Tidak ada alasan bagi umat Israel menyatakan Tuhan tidak baik. Tuhan memberikan negeri yang baik dengan segala keindahan dan kekayaan serta hasil alamnya. Semua akan menghasilkan kekayaan yang melimpah dan akan memperkaya kehidupan seluruh umat. " ..... suatu negeri, dimana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, dimana engkau tidak akan berkekurangan apa pun ..... batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kau gali tembaga" (Ulangan 8 : 9). Suatu negeri yang teramat kaya dan makmur. Tidak ada negeri lain yang sangat subur dan kaya selain negeri yang Tuhan berikan kepada umat-Nya ini. Semua yang terbaik Tuhan berikan. Namun Tuhan mengingatkan untuk tetap berpegang teguh pada janji dan tetap menjalani sesuai kehendak-Nya dengan takut akan Dia. (ayat 6). Jika semua dijalankan, umat akan mengalami kedamaian dan kesejahteraan karena Tuhan mencukupkan segalanya. Tuhan memperkaya kehidupan umat dengan hasil bumi dan alam yang subur dan kaya agar mereka tetap setia memuliakan Tuhan.

          Dengan tetap merenungkan apa yang sudah Tuhan lakukan dan nyatakan dalam kehidupan kita khususnya hari ini, sadarkah bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik? Apapun yang kita alami dalam rencana, kehendak dan maksud Tuhan pasti terbaik untuk kita. Pakailah "kaca mata" Tuhan untuk melihat segala kebaikan-Nya. Dengan demikian kita mampu menyatakan bahwa sungguh baik pemberian-Nya kepada saya dan keluarga. Tidak ada kata mengeluh dan tidak ada alasan untuk tidak bersyukur karena semuanya sungguh baik. Berbahagialah kita yang diberkati dengan segala kebaikan-Nya. Selamat beristirahat dalam kasih dan kebaikan-Nya.

Tuesday, July 5, 2016

Kualitas bukan kuantitas

Syaloom saudara dan sahabatku, hari ini kita diajak untuk memilih kehidupan yang bagaimana hendak kita jalani. Seperti yang tertulis pada kitab perjanjian lama yaitu Ulangan 7 : 7 - 8.

Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, makahati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu ini ..... (ayat 7). 

          Seringkali kita menilai hidup ini dari ukuran jumlah (banyak dan sedikit). Membanding-bandingkan diri dengan orang lain dengan jumlah yang kita miliki atau peroleh. Kita jarang memperhatikan kemampuan diri dari individu-individunya. Karena jumlahnya banyak, kita katakan pasti mereka akan menang dan juara. Jumlah banyak pasti mengalahkan yang jumlahnya sedikit, misalnya dalam peperangan. Memang, kemenangan dipengaruhi banyak faktor. Namun yang paling pertama dinilai adalah dari segi jumlah.

          Begitu pula dengan pemilihan umat Israel menjadi umat-Nya bukan didasarkan pada jumlah. "Bukan karena lebih banyak jumlahmu ..... maka hati Tuhan terpikat ..... (Ulangan 7 : 7). Allah tidak memandang kuantitas, tetapi lebih mengutamakan kualitas. Kualitas kehidupan umat Israel tidak terletak pada kemampuan diri, tetapi pada kebergantungan dan ketaatan mereka kepada Tuhan. Sehingga Tuhan pun akan menepati janji kepada umat-Nya. Sebagaimana Allah mengasihi dan bersumpah (ayat 8) maka Allah membawa dan menebusbahkan menjadikan mereka umat pilihan-Nya (ayat 8).

          Bagaimana kualitas hidup kita? Kita dianugerahkan Tuhan lebih dari orang lain; mungkin secara ekonomi, pendidikan, bahkan talenta. Namun semuanya sia-sia jika kita hanya melihat "jumlah" dari apa yang kita miliki tersebut. Kita tidak mempergunakan apa yang Tuhan anugerahkan itu dengan baik bagi sesama dan memuliakan Tuhan. Kita masih terus menambah "jumlah" dari apa yang sudah ada agar bertambah banyak (karena sifat rakus manusia). Kita lupa bahwa yang Tuhan inginkan adalah kualitas hidup. Kualitas yang tampak dari setiap perbuatan kita. Memakai berkat yang Tuhan berikan untuk menunjang kualitas diri kita - bukan sebaliknya.

          Mulailah hari ini dengan bertekad untuk memperbaiki dan menambah kualitas hidup. Kualitas hidup yang menjadi berkat bagi banyak orang. Kualitas yang menyalurkan banyak berkat Tuhan. Kualitas hidup yang terus bertambah dengan menyadari masih banyak perbuatan baik yang perlu dilakukan. Jadilah hidup kita berkualitas bukan kuantitasnya. Tuhan memberkati.

Doa :
Kristus, isilah hidup kami dengan kehendak-Mu

Sunday, July 3, 2016

Tuhan ingin keadaan kita baik

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana kabarnya untuk minggu ini? Semoga minggu ini menjadi penuh berkat bagi kita semua.

..... untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan Tuhan, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita ..... (Ulangan 6 : 24 -25).

          Melihat judul di atas, pastinya kita ingin selalu hidup kita baik. Ya, memang benar setiap manusia ingin agar hidupnya selalu baik. Mulai dari keluarga, studi, pekerjaan dan hubungan dengan sesama semuanya dalam keadaan baik. Tidak ada yang gagal, rusak dan mengecewakan. Namun dalam kenyataan hidup seringkali yang dialami justru sebaliknya. Kekecewaan, kegagalan dalam studi dan karier, ketidakharmonisan dalam hubungan antara anggota keluarga dan sesama. Jika dicermati, hidup yang tidak baik disebabkan oleh ketidak setiaan kita mematuhi perintah Tuhan.

          Seperti pada kitab Ulangan 6 : 24 - 25, dimana umat Israel yang akan menetap di tanah perjanjian, diharapkan dalam kondisi kehidupan yang baik. Kehidupan yang ditandai dengan oleh hubungan denganTuhan dan sesama yang harmonis. Oleh karena itu agar semuanya berjalan dengan baik, melalui Musa, umat diharapkan setia menjalankan ketetapan yang diperintahkan Tuhan dan dalam hidup takut akan Tuhan. Artinya mereka diminta untuk selalu menjaga diri selaku umat Allah dengan menjalankan ketetapan Tuhan, yaitu dengan pengakuan bahwa Tuhanlah yang menjaga, memberi, memelihara kehidupan mereka. Jika hal ini dapat dilakukan, maka pasti kehidupan menjadi baik. Namun hidup tidak berarti tidak memiliki tantangan. Paling tidak umat mampu menghadapi dan mengatasi tantangan dalam kehendak Tuhan. Situasi inilah yang menjadikan hidup senantiasa baik. Tidak menyerah dengan keadaan dan kondisi yang dapat membuat kita jauh dari Allah.

          Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga ingin hidup yang baik? Tuhan ingin kehidupan kita baik. Oleh karena itu, kita mesti tetap setia dalam ketetapan-Nya dan hidup takut akan Tuhan. Mari kita periksa kehidupan kita. Apakah kita masih setia atau tidak kepada Tuhan. Apakah kita masih tetap hidup takut akan Tuhan. Jika ya, maka mari kita kembali pada Tuhan dan melakukan perintah dan kehendak-Nya. Sehingga akan menjadi benar dan mengalami hidup yang baik.

Doa :
Tuhan, ampuni kami karena ketidaksetiaan kami kepada-Mu.

Saturday, July 2, 2016

Indahnya belajar

Haruslah kamu berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu (Ulangan 6 : 17).

          Jika kita lihat judul di atas, pasti kita akan mengerutkan dahi. Mengapa dikatakan indah untuk belajar?. Yang kita rasakan jika belajar akan membuat diri kita sibuk, tak ada waktu bermain, tak ada waktu berkumpul bersama teman-teman, tertawa bahkan berbelanja ria di mall. Belajar adalah suatu pekerjaan yang sangat membosankan. Tapi ternyata pada kitab Ulangan 6 adalah merupakan pendidikan dalam agama Yahudi, terutama mulai pasal 6. Pendidikan bagi bangsa Yahudi bukan merupakan suatu usaha sambilan. Robert Boehlke mengatakan bahwa bagi bangsa Yahudi, pendidikan tidak hanya dilaksanakan pada salah satu sudut kehidupan melainkan menjadi bagian inti dari kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan. Untuk memenuhi syarat pendidikan yang diharapkan itu, setiap orang wajib menjadi pelajar seumur hidup.

          Jadi, yang punya tugas untuk belajar tidak hanya pelajar di tingkat pendidikan formal tapi setiap orang yang sedang mengambil bagian dalam proses kehidupan. Ini berarti, setiap orang jangan pernah lelah untuk belajar, setiap saat dan setiap waktu. Namun sayangnya, banyak orang yang merasa dirinya paling benar, seolah-olah tidak akan pernah keliru ..... banyak orang yang merasa paling hebat, seolah-olah tidak akan pernah gagal ..... banyak orang yang merasa bahwa ia akan hidup terus dan tidak pernah mati. Karena itu ia melakukan apa saja sekehendak hatinya, tidak peduli orang lain menderita, tidak peduli orang lain terluka, bahkan mati sekali pun. Yang penting dirinya sendiri tetap jaya, tetap berkuasa, memiliki segala-galanya.

          Dalam Ulangan 6 : 16 - 19, kita diingatkan untuk tetap berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan Tuhan. Itu berarti kita diminta taat untuk terus belajar, belajar dan belajar serta dengan rendah hati mengandalkan Tuhan di tengah keterbatasan kita sebagai manusia. Namun, keterbatasan bukan berarti tiada lagi pengharapan. Dalam kesadaran akan keterbatasan, Tuhan menolong untuk tetap memberikan pengharapan yang pasti akan masa depan. Kita tidak diajak untuk menjadi pesimis dengan masa kini karena justri dengan adanya kepastian di masa depan, kita diajak untuk menjalani hari-hari sekarang ini lebih bijak dan lebih baik lagi. Ada tekanan untuk menjalani hari ini seoptimal mungkin, tetapi tetap dalam pengharapan akan masa depan yang pasti bersama Tuhan. Inilah pengharapan sejati yang dijanjikan Tuhan dalam kehidupan kita.

Doa :
Ya Tuhan Yesus, biarlah kami selalu memiliki kerinduan untuk terus belajar dan menimba ilmu kehidupan yang Engkau anugerahkan.

Friday, July 1, 2016

Indahnya dunia anak dan kebersamaan

Syaloom saudara dan sahabatku, sudah dua hari ini aku merasa galau dan cemas, ada sebuah perasaan takut dalam hidupku. Betapa tidak?!!! Tunjangan profesional atau serti tidak keluar atau cair, namaku tidak tercantum di bank mana pun, walau pun surat keputusan dari dinas pendidikan dan namaku sudah disetujui untuk mendapatkan tunjangan tapi sampai hari ini tidak ada namaku. Mungkin saja terselip di berkas file lainnya, di kantor pemerintah.

          Aku sempat  merenung, mengapa jalan hidupku begitu sulit dan berliku? Aku bercerita pada teman-temanku agar beban yang ada di pundakku terasa berkurang. Dan mereka hanya berkata "sabar saja bu", mungkin sedang di input namanya, dan sebagainya. Saat hati dan pikiranku kacau, ku sempatkan membaca Alkitab, Ku temukan Ulangan 6 : 1 -9. Aku baca ayat demi ayat. Tak kusadari pikiranku kembali ke masa kecil.

......... Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyangmu ..... (Ulangan 6 : 3)

          Keluarga besarku merupakan keluarga yang mejemuk, kami adalah merupakan suku jawa asli tepatnya berasal dari Solo dan Jogyakarta. Agama yang kami anut pun berbeda, Hindu, Islam dan Kristen (Protestan dan Katholik) bahkan keluarga angkatku masih menganut Kong Hu Chu. Tapi sampai saat ini keluarga besar kami adalah keluarga yang dapat saling menghargai sesama. Dan itu merupakan kebanggaan bagi keluarga kami. Sementara di luar sana seringkali dalam setiap perjumpaan di tengah perbedaan, muncul dua sikap ekstrim, menghilangkan perbedaan atau menonjolkan perbedaan. Yang pertama dilakukan, supaya relasi yang terbangun "damai" dan adem ayem. Yang kedua biasanya akan melahirkan konflik berkepanjangan. Kadang, kita tidak menyadari bahwa konflik seringkali terjadi bukan karena kita tidak mengerti diri kita sendiri (identitas kita). Sebab itu tatkala aku membaca Ulangan 6, aku membayangkan bangsa Israel yang akan berjumpa dengan kemajemukan dari negeri yang mereka duduki dan mereka perlu menyadari dengan sungguh-sungguh identitas mereka sebagai anak-anak Tuhan (ayat 1-2).

          Ada seorang teolog Jerman yang bernama Jurgen Moltmann pernah berkata, no persons without relations; but there are no relations without persons either. Artinya adalah tidak ada seorang pun yang mampu bertahan tanpa membangun relasi (baik dengan Tuhan maupun sesama). Melalui kasih, relasi yang terbangun dengan Tuhan dan sesama menjadi bemakna. Oleh karenanya, dalam relasi dengan orang lain, kita diharapkan tidak hanya berkumpul dan "tertawa" bersama, tetapi juga "meratap" bersama. Kasih Tuhan dapat menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas relas kita dalam mengasihi orang lain. Ini dapat dimulai dari diri sendiri dan kemudian berkembang dalam seluruh aktivitas di setiap kehidupan. Itulah yang kemudian membuat kepelbagaian denominasi, aliran dan agama serta kepercayaan tidak menghalangi kita semua untuk berbagi kasih. Aku tersentak dan tersenyum, itulah keluarga besarku.

Kasihilah Tuhan, Allahmu ..... dan dengan segenap kekuatanmu. ..... haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu ..... (Ulangan 6 : 5-7).

          Ayat dari firman di atas merupakan bagian dari shema Israel. Shema adalah bagian utama dari doa Yahudi malam dan pagi. Shema dipandang sebagai doa yang paling penting di dalam agama Yahudi dan penyebutannya dua kali dalam sehari adalah sebuah mitzvah (perintah rohani). Shema mengandung inti pengajaran agama bagi bangsa Yahudi. Dan orang Israel memperkenal shema ini kepada anak-anaknya sejak usia dini, begitu mereka lancar berbicara, mereka diharuskan menghafal bagian pertama kalimat shema. Hal ini mereka lakukan karena seorang anak merupakan pemberian Tuhan. Jadi mereka mengajarkan tentang Tuhan sejak dini merupakan bagian yang terpenting. Sesungguhnya, mengajar seorang anak untuk percaya kepada Tuhan bermula dari membangun kepercayaan dengan orang-orang disekitarnya.Inilah dasar dari perkembangan iman seorang anak. Berarti orang-orang dewasa di sekitar anak harus mampu menunjukkan kepada anak bahwa mereka layak dipercaya. Dengan demikian kasih dan keteladanan menjadi sangat penting (ayat 4-5), bahkan harus extra sabar karena kadang kita perlu mengulang-ulang apa yang amu kita sampaikan pada anak (ayat 6-7).

          Anne Neufeld Rupp mengatakan bahwa seringkali orang dewasa berupaya untuk menciptakan kepercayaan seorang anak dengan cara yang justru menciptakan rasa tidak percaya pada anak. Halini bisa dilihat dari sebutan yang bersifat menghina  (anak nakal, anak bodoh dan lain-lain), melalaikan anak secara fisik dan emosi, membuat anak merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang tidak berharga dan tidak diharapkan serta sikap yang dingin tanpa kasih. Hal-hal seperti inilah yang dapat merusak kepecayaan anak (sebenarnya merupakan dasar iman) dan dapat menciptakan seseorang yang tidak dapat diharapkan, tertekan, bahkan tak berarti. Aku kembali tersentak, dan merasa sangat bersyukur sebab Tuhan Allah sangat baik dan manis terhadapku. Kegalauan dan kecemasan yang ada padaku akan segera berlalu jika aku selalu memanggil nama-Nya, setia dan taat. Ya, ..... sangat indah masa kanak-kanak, ingin aku mengulangnya kembali. Jadi marilah kita dengan serius memperhatikan anak-anak di sekitar kita. Dengan demikian, mereka siap berpartisipasi dalam aksi sejati cinta kasih yang mewarnai kehidupan ini.

Doa :
Ya Tuhan Yesus, biarlah kebersamaan terus terpatri dalam setiap komunitas yang kami hidupi di muka bumi ini, begitu pula berkatilah setiap anak yang Engkau hadirkan dalam kehidupan kami, biarlah mereka menjadi berkat senantiasa.