Syaloom saudara dan sahabatku, semoga hari ini masih ada berkat dari Tuhan Allah yang selalu mengasihi kita. Jika kita mendapat suatu kesulitan biasanya kita akan merenung sejenak, kok sekarang susah ya; sepertinya lebih enak zaman waktu aku masih kecil atau zaman dulu. Pasti kita akan berpikir seperti itu. Sebenarnya sama saja, mau zaman dulu atau sekarang sama saja; tergantung bagaimana kita menjalani kehidupan sekarang ini. Aku masih tetap bersama Salomo di Pengkhotbah 7 : 8 - 14.
"Mengapa zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang?" ..... (Pengkhotbah 7 : 10).
Mengakhiri suatu pekerjaan lebih baik daripada memulainya (Pengkhotbah 7 : 8), tiap pekerjaan memang harus diselesaikan. Namun, biasanya memulai segala sesuatu sering terasa sulit dan bahkan sangat malas (mager = malas gerak). Tentu !!! Sebab awalnya kita harus memiliki pengetahuan, kemudian apa yang mau dikerjakan dan langkah-langkahnya; sementara disiplin dan kesabaran sungguh diperlukan. Apakah kita bisa mengakhiri segala sesuatu dengan baik sesuai rencana dan target kita semula?
Kita mungkin kenal istilah yang sering diucapkan : "Zaman Dulu yang Indah". Ingat dalil utama Pengkhotbah bahwa tak ada yang baru di bawah matahari. Bahwa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang, menurut Pengkhotbah tidak beralasan (Pengkhotbah 3 : 1 - 8). Pengkhotbah berkata bahwa kita tidak boleh memandang masa lalu itu lebih baik daripada masa sekarang, sebab itu sama saja dengan pemikiran yang tanpa memiliki hikmat (ayat 10). Nampaknya berhikmat, tetapi amat mematikan kesempatan melakukan pebaikan atau pemulihan. Bukankah Allah telah melakukan intervensi dalam sejarah melalui para pembaharu atau reformator? Pandangan Qohelet (Ibrani) bahwa tak ada sesuatu yang baik yang dapat dihasilkan, semua sia-sia adalah dalil yang dapat dipatahkan, apabila Allah yang merupakan sumber hikmat pembaharuan itu.
Kita pasti tahu, bahwa apa yang telah ditentukan Allah tidak dapat diubah oleh manusia. Hari baik atau buruk dikatakan dibuat oleh Tuhan, dan itu sudah pasti salah. Tuhan tidak pernah menginginkan umatnya berada pada kemalangan. Jadi jika kita berada pada kemalangan, apakah itu merupakan kesalahan Tuhan? Bukankah kita harus berterima kasih kepada-Nya atas hal baik sesudah keluar masa-masa malang itu?
Ada masa untuk segala sesuatunya. Masa lalu, sudah berakhir, dan masa sekarang adalah yang harus kita jalani. Adalah baik untuk kita bekerja sebaik-baiknya di masa sekarang ini agar di masa depan kita boleh menuai hasil yang baik pula. Janganlah berpuas diri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi Allah tetap campur tangan, dan hadir, sebab Ia-lah Pencipta kita.
Doa :
Biarlah hikmat-Mu, ya Allah memelihara kehidupan kami.
"Mengapa zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang?" ..... (Pengkhotbah 7 : 10).
Mengakhiri suatu pekerjaan lebih baik daripada memulainya (Pengkhotbah 7 : 8), tiap pekerjaan memang harus diselesaikan. Namun, biasanya memulai segala sesuatu sering terasa sulit dan bahkan sangat malas (mager = malas gerak). Tentu !!! Sebab awalnya kita harus memiliki pengetahuan, kemudian apa yang mau dikerjakan dan langkah-langkahnya; sementara disiplin dan kesabaran sungguh diperlukan. Apakah kita bisa mengakhiri segala sesuatu dengan baik sesuai rencana dan target kita semula?
Kita mungkin kenal istilah yang sering diucapkan : "Zaman Dulu yang Indah". Ingat dalil utama Pengkhotbah bahwa tak ada yang baru di bawah matahari. Bahwa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang, menurut Pengkhotbah tidak beralasan (Pengkhotbah 3 : 1 - 8). Pengkhotbah berkata bahwa kita tidak boleh memandang masa lalu itu lebih baik daripada masa sekarang, sebab itu sama saja dengan pemikiran yang tanpa memiliki hikmat (ayat 10). Nampaknya berhikmat, tetapi amat mematikan kesempatan melakukan pebaikan atau pemulihan. Bukankah Allah telah melakukan intervensi dalam sejarah melalui para pembaharu atau reformator? Pandangan Qohelet (Ibrani) bahwa tak ada sesuatu yang baik yang dapat dihasilkan, semua sia-sia adalah dalil yang dapat dipatahkan, apabila Allah yang merupakan sumber hikmat pembaharuan itu.
Kita pasti tahu, bahwa apa yang telah ditentukan Allah tidak dapat diubah oleh manusia. Hari baik atau buruk dikatakan dibuat oleh Tuhan, dan itu sudah pasti salah. Tuhan tidak pernah menginginkan umatnya berada pada kemalangan. Jadi jika kita berada pada kemalangan, apakah itu merupakan kesalahan Tuhan? Bukankah kita harus berterima kasih kepada-Nya atas hal baik sesudah keluar masa-masa malang itu?
Ada masa untuk segala sesuatunya. Masa lalu, sudah berakhir, dan masa sekarang adalah yang harus kita jalani. Adalah baik untuk kita bekerja sebaik-baiknya di masa sekarang ini agar di masa depan kita boleh menuai hasil yang baik pula. Janganlah berpuas diri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi Allah tetap campur tangan, dan hadir, sebab Ia-lah Pencipta kita.
Doa :
Biarlah hikmat-Mu, ya Allah memelihara kehidupan kami.