Syaloom saudara dan sahabatku, apa kabarnya untuk hari ini, hari minggu yang cerah da matahari bersinar terang, puji syukur kepada Tuhan karena masih memberi kesempatan kepadaku untuk menulis di blog Love_Life. Hari ini aku masih bersama sahabatku Paulus di kota 1 Korintus 2 : 11 - 16.
Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita (ayat 12).
Di kota Korintus ini sahabatku Paulus pernah tinggal beberapa waktu lamanya untuk memberitakan Injil Yesus Kristus (lihat Kisah Para Rasul 18 : 1 - 17). Oleh karena itu ia mengenal jemaat Korintus. Tetapi dari beberapa sahabatnya, ia mendengar bahwa ada sekelompok orang dalam jemaat tersebut yang meragukan pengajaran yang disampaikannya.
Dan Paulus dengan jujur mengatakan bahwa ia memang tidak pandai menggunakan kata-kata yang indah atau menggunakan hikmat manusia (1 Korintus 2 : 1), sebagaimana rekannya - Apolos, seorang pengajar Yahudi yang terkenal fasih lidah dan karena itu dipuja-puja melebihi Paulus.
Paulus menyayangkan sifat beberapa anggota jemaat, yang suka membanding-bandingkan dirinya dengan Apolos dan rekan-rekan pelayan lainnya sehingga terjadilah perpecahan di dalam jemaat (1 Korintus 1 : 10 - 17). Aku jadi berdiri termenung, sebab dalam dunia sekarang pun kita sebagai jemaat masih suka membanding-bandingkan pendeta yang satu dengan lainnya. Dengan sikap yang demikian maka akan menjadi awal terjadinya ketegangan, perselisihan bahkan "perpecahan" di dalam jemaat.
Oleh sebab itu, rasulPaulus dengan segala kerendahan hati ingin meyakinkan jemaat bahwa apa yang ia sampaikan bukanlah semata-mata berasal dari dirinya sendiri, atau karena kepandaiannya, melainkan ia terima dari Roh Allah.
Jika ada di antara jemaat yang masih ragu, berarti mereka tergolong "manusia duniawi" - yang suka menilai segala sesuatu menurut ukuran-ukuran manusia (kepandaian, kefasihan) dan karenanya, sulit mengerti tentang kebenaran. Sebab hanya dengan kerendahan hati, iman dapat bertumbuh dan kebesaran Allah terus dinyatakan.
Doa :
Ya Kristus, ajarlah kami mensyukuri dan menghargai setiap pelayan yang Engkau utus di tengah-tengah persekutuan kami, agar kami tidak terjebak pada kesombongan dan pengandalan diri.
Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita (ayat 12).
Di kota Korintus ini sahabatku Paulus pernah tinggal beberapa waktu lamanya untuk memberitakan Injil Yesus Kristus (lihat Kisah Para Rasul 18 : 1 - 17). Oleh karena itu ia mengenal jemaat Korintus. Tetapi dari beberapa sahabatnya, ia mendengar bahwa ada sekelompok orang dalam jemaat tersebut yang meragukan pengajaran yang disampaikannya.
Dan Paulus dengan jujur mengatakan bahwa ia memang tidak pandai menggunakan kata-kata yang indah atau menggunakan hikmat manusia (1 Korintus 2 : 1), sebagaimana rekannya - Apolos, seorang pengajar Yahudi yang terkenal fasih lidah dan karena itu dipuja-puja melebihi Paulus.
Paulus menyayangkan sifat beberapa anggota jemaat, yang suka membanding-bandingkan dirinya dengan Apolos dan rekan-rekan pelayan lainnya sehingga terjadilah perpecahan di dalam jemaat (1 Korintus 1 : 10 - 17). Aku jadi berdiri termenung, sebab dalam dunia sekarang pun kita sebagai jemaat masih suka membanding-bandingkan pendeta yang satu dengan lainnya. Dengan sikap yang demikian maka akan menjadi awal terjadinya ketegangan, perselisihan bahkan "perpecahan" di dalam jemaat.
Oleh sebab itu, rasulPaulus dengan segala kerendahan hati ingin meyakinkan jemaat bahwa apa yang ia sampaikan bukanlah semata-mata berasal dari dirinya sendiri, atau karena kepandaiannya, melainkan ia terima dari Roh Allah.
Jika ada di antara jemaat yang masih ragu, berarti mereka tergolong "manusia duniawi" - yang suka menilai segala sesuatu menurut ukuran-ukuran manusia (kepandaian, kefasihan) dan karenanya, sulit mengerti tentang kebenaran. Sebab hanya dengan kerendahan hati, iman dapat bertumbuh dan kebesaran Allah terus dinyatakan.
Doa :
Ya Kristus, ajarlah kami mensyukuri dan menghargai setiap pelayan yang Engkau utus di tengah-tengah persekutuan kami, agar kami tidak terjebak pada kesombongan dan pengandalan diri.