Translate

Thursday, February 4, 2016

Kunci kebahagiaan sejati

Syaloom saudara dan sahabatku,

       
          Banyak yang aku hadapi dalam hidup ini, aku seorang diri dan aku merasa sendiri sejak ibuku tercinta, terkasih telah pulang kembali ke pangkuan Bapa di surga. Tangis, kesedihan begitu melekat di diriku, canda, tawa dan semua kegiatanku selalu terkait dengan ibuku terkasih. Aku tak dapat menerima kenyataan itu, tapi semua itu nyata. Minggu pagi, 31 Januari 2016 adalah minggu yang cerah dan damai. Aku bangun dengan senyum di wajahku, ibuku juga sudah bangun dan sudah membuat minuman kesukaannya, white kopi. Lalu kami bercerita banyak tentang kesaksian Yesus yang terjadi dalam kehidupan setiap manusia. Tapi ternyata itu adalah berbincangan terakhir kami. Sebab pada saat aku ke toilet, ibuku tersedak dan tidak dapat bernafas karena penyakit asmanya. Dokter pun gagal untuk menolongnya dan aku hanya dapat menangis karena menanti mujizat.

          Saudara dan sahabatku, aku tersedu dan meratap karena ibuku sudah tiada, tapi aku harus maju dan percaya bahwa kita akan bertemu kembali di sana, di tempat Allah Bapa yang Maha Kuasa. Sebab di sana ada kebahagiaan sejati. Dan saudaraku Matius 5 : 1 - 12 pun berbisik kepadaku :
Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya : (ayat 2)

          Siapakah yang tidak ingin bahagia? Setiap orang pasti ingin bahagia dan mereka akan mengupayakan berbagai hal untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. Bagaimana kunci bahagia menurut Tuhan Yesus? Penulis Injil Matius memaparkan kepada pembacanya dan juga kepada umat percaya saat ini, bagaimana kunci menikmati kebahagiaan yang sejati.

          Dalam khotbah perdana diawal pelayanan-Nya, Tuhan Yesus mengungkapkan 3 kunci kebahagiaan sejati, yaitu :
1. Kebahagiaan dapat dinikmati dalam berbagai situasi termasuk yang tidak menyenangkan bahkan      menyakitkan/ membuat menderita asalkan terus mempercayai Allah, berserah dan bersandar pada    Allah (ayat 2, 4, -6, 10-11).
2. Sikap lemah lembut, selalu berbagi kasih dengan sesama, suci hati (tidak merancang hal-hal jahat  kepada sesama atau menyimpan hal-hal buruk dalam hati), senantiasa mengupayakan kedamaian  adalah sikap dan perilaku yang akan membuat mereka yang memiliki dan melakukannya berbahagia  dan mereka layak disebut sebagai anak-anak Allah (ayat 5, 7 - 9).
3. Sikap dalam menghadapi pergumulan/ penderitaan karena iman adalah bersuka cita, bergembira  atau dengan kata lain bersyukur karena mereka adalah yang memiliki Kerajaan Sorga. Ini berarti  bahwa mereka akan menang dan akan menjadi warga Kerajaan Allah (ayat 10 - 12).

           Mau berbahagia dalam hidup ? Percaya pada Allah, berserah pada tuntunan-Nya, taat akan firman-Nya dan bersyukur untuk setiap hal yang dialami dalam hidup, baik senang mau pun susah.
 Selamat menjalani hari dalam kasih Tuhan.

Doa :
Ya Tuhan, kami rindu menikmati kebahagiaan yang sejati. Mampukan kami mengerti dan melakukan firman-Mu agar kami dapat merasakan kebahagiaan itu dan membaginya kepada siapa pun yang berada bersama dengan kami. Amin.

No comments:

Post a Comment