Syaloom, ..... saudara dan sahabatku semua. Apakabar untuk hari ini? Semoga sehat dan baik semua. Tuhan Yesus memberkati. Amin. Di sekitar kehidupan selalu ada kemalangan. Kita selalu was-was apakah kita akan mendapat kemalangan atau justru orang lain yang akan menderita. Sebab itu seharusnya kita sebagai orang yang percaya akan Kristus Yesus menjadi orang yang dapat berhikmat. Seperti Pengkhotbah 9 : 13 - 18.
Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik (Pengkhotbah 9 : 18).
Siapakah orang yang disebut berhikmat? Orang berhikmat adalah mereka yang cakap menggunakan wawasan dan ketrampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan sebuah tugas, didalam menghadapi sebuah masalah, dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Maka tidak heran jika orang yang berhikmat mampu mengubah nasibnya dengan meraih kesuksesan. Bahkan lebih dari itu, dengan bertindak cermat dia dapat pula menyelamatkan kehidupan orang banyak.
Terkadang untuk menjadi orang berhikmat menunggu kita kaya dan mempunyai harta melimpah, justru kita akan menjadi orang yang lupa sehingga kita tidak menjadi orang yang berhikmat. Orang berhikmat tidak harus menunggu menjadi kaya, tetapi kita miskin pun bisa menjadi orang yang berhikmat. Sebab orang berhikmat hanya menggunakan wawasannya dan ketrampilan yang dimilikinya, seperti pada Pengkhotbah 9 ayat 14. Demikianlah keuntungan dan kekuatan orang berhikmat.
Orang yang berhikmat tidak mudah terprovokasi oleh besarnya lawan atau masalah yang menghadang dalam hidupnya. Dia lebih memilih untuk percaya diri dan optimis, ketimbang merasa takut dan pesimis; sebab dia sanggup melihat berbagai pilihan di tengah ancaman dan tekanan yang ada. Orang berhikmat memang pantang menyerah sebelum mencoba dan tidak menyombongkan diri serta tidak menuntut pujian.
Oleh sebab itu jika kita sudah melakukan suatu hikmat bagi orang banyak dan orang-orang tersebut melupakan atau kurang menghargai jasa baik kita, hendaklah kita untuk tetap mampu hidup tenang (Pengkhotbah 9 : 16). Sebab masyarakat tidak selalu memberi apresiasi kepada prestasi orang berhikmat. Mereka masih menjadikan kekayaan dan status sosial sebagai ukuran utama, layak atau tidaknya seseorang menerima pujian. Dan kiranya realita ini tidak menjadikan kita berputus asa untuk tetap mengusahakan kebaikan dengan hikmat yang Tuhan beri.
Dan kita sebagai anak-anak Tuhan, marilah tetap memohon hikmat dari pada-Nya dan pergunakanlah itu untuk membangun masa depan yang indah, sambil tetap waspada agar kita terhindar dari kekeliruan yang dapat merusak segalanya (Pengkhotbah 9 : 18). Tuhan menyertai langkah dan karya kita.
Doa :
Karuniakanlah aku hikmat, ya Tuhan, serta mampukanlah aku untuk mempergunakannya demi kebaikan dan kesejahteraan hidup bersama. Amin.
Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik (Pengkhotbah 9 : 18).
Siapakah orang yang disebut berhikmat? Orang berhikmat adalah mereka yang cakap menggunakan wawasan dan ketrampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan sebuah tugas, didalam menghadapi sebuah masalah, dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Maka tidak heran jika orang yang berhikmat mampu mengubah nasibnya dengan meraih kesuksesan. Bahkan lebih dari itu, dengan bertindak cermat dia dapat pula menyelamatkan kehidupan orang banyak.
Terkadang untuk menjadi orang berhikmat menunggu kita kaya dan mempunyai harta melimpah, justru kita akan menjadi orang yang lupa sehingga kita tidak menjadi orang yang berhikmat. Orang berhikmat tidak harus menunggu menjadi kaya, tetapi kita miskin pun bisa menjadi orang yang berhikmat. Sebab orang berhikmat hanya menggunakan wawasannya dan ketrampilan yang dimilikinya, seperti pada Pengkhotbah 9 ayat 14. Demikianlah keuntungan dan kekuatan orang berhikmat.
Orang yang berhikmat tidak mudah terprovokasi oleh besarnya lawan atau masalah yang menghadang dalam hidupnya. Dia lebih memilih untuk percaya diri dan optimis, ketimbang merasa takut dan pesimis; sebab dia sanggup melihat berbagai pilihan di tengah ancaman dan tekanan yang ada. Orang berhikmat memang pantang menyerah sebelum mencoba dan tidak menyombongkan diri serta tidak menuntut pujian.
Oleh sebab itu jika kita sudah melakukan suatu hikmat bagi orang banyak dan orang-orang tersebut melupakan atau kurang menghargai jasa baik kita, hendaklah kita untuk tetap mampu hidup tenang (Pengkhotbah 9 : 16). Sebab masyarakat tidak selalu memberi apresiasi kepada prestasi orang berhikmat. Mereka masih menjadikan kekayaan dan status sosial sebagai ukuran utama, layak atau tidaknya seseorang menerima pujian. Dan kiranya realita ini tidak menjadikan kita berputus asa untuk tetap mengusahakan kebaikan dengan hikmat yang Tuhan beri.
Dan kita sebagai anak-anak Tuhan, marilah tetap memohon hikmat dari pada-Nya dan pergunakanlah itu untuk membangun masa depan yang indah, sambil tetap waspada agar kita terhindar dari kekeliruan yang dapat merusak segalanya (Pengkhotbah 9 : 18). Tuhan menyertai langkah dan karya kita.
Doa :
Karuniakanlah aku hikmat, ya Tuhan, serta mampukanlah aku untuk mempergunakannya demi kebaikan dan kesejahteraan hidup bersama. Amin.