Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Hari ini adalah minggu yang sangat membahagiakan bagiku. Setelah sekian puluh tahun aku, saudara serta sahabatku yang seiman dapat berjumpa kembali; kita berkumpul untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan di Gereja Pouk Immanuel, Cijantung. Kami sangat bahagia dapat bertemu dan memuliakan nama-Nya seperti kita masih kanak-kanak, remaja dan pemuda. Seperti Mazmur 113 : 1 - 9.
Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit (Mazmur 113 : 4)
Kita diajarkan oleh Yesus Kristus agar dapat saling mengasihi sesama manusia, tidak peduli suku, bangsa, ras, agama, kaya atau miskin. Sebab kita sama yaitu manusia. Tidak ada yang lebih tinggi derajatnya selain Tuhan Allah. Ya, hanya Dia saja. Sebab Tuhan Allah yang empunya segalanya; termasuk kita manusia. Kita diberi nafas kehidupan agar kita selalu dapat memuji dan memuliakan Tuhan Allah. Bukan untuk saling mengejek, memaki, mencaci, mencela, menghina atau bahkan saling membunuh.
Seperti tokoh Lazarus (Lukas 16 : 19 - 31) adalah seorang miskin yang hina. Ia seorang pengemis yang badannya penuh borok (luka,kudis) dan hidupnya bergantung dari pengasihan orang. Ia selalu berbaring di depan pintu rumah orang kaya. Untuk menghilangkan laparnya, ia selalu menanti sisa-sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Namun demikian, orang kaya tersebut sama sekali tidak tergerak hatinya untuk menolong dan berbelas kasih padanya. Hanya anjing-anjing yang menghampiri untuk menjilat boroknya. Suatu pemandangan yang sangat menyedihkan, sebab perlakuan yang tidak manusiawi. Dianggap sampah, tidak berguna, berbahaya dan harus dihindari.
Berbeda dengan perlakuan manusia, Allah sangat memperhatikan umat ciptaan-Nya, yaitu manusia; yang sudah tentu tidak berdaya dalam hal ekonomi, sandang dan pangan atau bahkan manusia tersebut dipandang rendah kedudukannya, harkat dan martabatnya atau hina. Allah selalu melawat mereka yang menderita dengan cara merendahkan diri meninggalkan takhta kemuliaan-Nya untuk menegakkan mereka dengan cara mengangkat dan mendudukkan mereka bersama para bangsawan, dan sudah tentu itu suatu berita yang membuat mereka lebih berarti serta memiliki harga diri. Ini berita tentang kasih sayang Allah yang memulihkan orang lemah dan hina, karena dihadapan-Nya semua manusia mulia (Mazmur 8).
Kemuliaan Allah bukanlah dari kehormatan-Nya, melainkan tampak melalui tindakkan-Nya menegakkan yang hina. Penebusan hanya dapat dikerjakan oleh seorang yang mengambil bagian secara penuh dalam situasi manusia, bukan oleh seorang dewa yang berjalan di atas bumi (Paul Tillich). Jadi belajarlah dari Allah, sebab setinggi apa pun pendidikan kita, sebanyak apa pun gelar kita, dan sepintar apa pun kita, tidak akan ada nilainya jika kita memiliki kepribadian yang suka menghina dan merendahkan orang lain. Menghormati orang lain adalah cara menjadi bermakna. Jadi, berusahalah tidak hanya menjadi orang sukses, tetapi jadilah orang bermakna.
Doa :
Ya Tuhan, ajarlah kami menjadi orang bermakna menurut kehendak-Mu.
Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit (Mazmur 113 : 4)
Kita diajarkan oleh Yesus Kristus agar dapat saling mengasihi sesama manusia, tidak peduli suku, bangsa, ras, agama, kaya atau miskin. Sebab kita sama yaitu manusia. Tidak ada yang lebih tinggi derajatnya selain Tuhan Allah. Ya, hanya Dia saja. Sebab Tuhan Allah yang empunya segalanya; termasuk kita manusia. Kita diberi nafas kehidupan agar kita selalu dapat memuji dan memuliakan Tuhan Allah. Bukan untuk saling mengejek, memaki, mencaci, mencela, menghina atau bahkan saling membunuh.
Seperti tokoh Lazarus (Lukas 16 : 19 - 31) adalah seorang miskin yang hina. Ia seorang pengemis yang badannya penuh borok (luka,kudis) dan hidupnya bergantung dari pengasihan orang. Ia selalu berbaring di depan pintu rumah orang kaya. Untuk menghilangkan laparnya, ia selalu menanti sisa-sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Namun demikian, orang kaya tersebut sama sekali tidak tergerak hatinya untuk menolong dan berbelas kasih padanya. Hanya anjing-anjing yang menghampiri untuk menjilat boroknya. Suatu pemandangan yang sangat menyedihkan, sebab perlakuan yang tidak manusiawi. Dianggap sampah, tidak berguna, berbahaya dan harus dihindari.
Berbeda dengan perlakuan manusia, Allah sangat memperhatikan umat ciptaan-Nya, yaitu manusia; yang sudah tentu tidak berdaya dalam hal ekonomi, sandang dan pangan atau bahkan manusia tersebut dipandang rendah kedudukannya, harkat dan martabatnya atau hina. Allah selalu melawat mereka yang menderita dengan cara merendahkan diri meninggalkan takhta kemuliaan-Nya untuk menegakkan mereka dengan cara mengangkat dan mendudukkan mereka bersama para bangsawan, dan sudah tentu itu suatu berita yang membuat mereka lebih berarti serta memiliki harga diri. Ini berita tentang kasih sayang Allah yang memulihkan orang lemah dan hina, karena dihadapan-Nya semua manusia mulia (Mazmur 8).
Kemuliaan Allah bukanlah dari kehormatan-Nya, melainkan tampak melalui tindakkan-Nya menegakkan yang hina. Penebusan hanya dapat dikerjakan oleh seorang yang mengambil bagian secara penuh dalam situasi manusia, bukan oleh seorang dewa yang berjalan di atas bumi (Paul Tillich). Jadi belajarlah dari Allah, sebab setinggi apa pun pendidikan kita, sebanyak apa pun gelar kita, dan sepintar apa pun kita, tidak akan ada nilainya jika kita memiliki kepribadian yang suka menghina dan merendahkan orang lain. Menghormati orang lain adalah cara menjadi bermakna. Jadi, berusahalah tidak hanya menjadi orang sukses, tetapi jadilah orang bermakna.
Doa :
Ya Tuhan, ajarlah kami menjadi orang bermakna menurut kehendak-Mu.