Translate

Wednesday, September 21, 2016

Pengakuan akan kuasa Allah yang mengatasi segala allah

Syaloom saudara dan sahabatku, berkat Tuhan masih meyertai kita sampai hari ini dan selamanya. Hari ini aku bersama Daniel 2 : 46 - 49. Dia bercerita bahwa raja Nebukadnezar sujud dan menyembah kepadanya setelah dia dapat menyebutkan isi dan makna mimpi Nebukadnezar dan hanya Allah saja yang telah memampukan Daniel untuk menjelaskan isi dan makna mimpi raja Nebukadnezar.

Berkatalah raja kepada Daniel : "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan berkuasa atas segala raja, dan yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat menyingkapkan rahasia itu (Daniel 2 : 47)

          Semua orang pintar, ahli tenung, ahli sihir yang ada di Babel tidak ada satupun yang mampu melakukannya. Sang raja memahami dan meyakini bahwa Daniel bisa dengan tepat dan benar menjelaskan isi dan makna mimpinya itu bukan semata karena kehebatan Daniel tapi karena Alah yang disembah oleh Daniel. Oleh karena itu dapat kita pahami mengapa demikian terucap pengakuan yang jujur dari sang raja (Daniel 2 : 47). Dari ucapan sang raja ini, kita melihat bagaimana Allah dengan cara-Nya mampu menunjukkan kepada penguasa bangsa Babel bahwa Allah lebih besar dari dewa-dewa atau ilah yang dipercayai oleh penduduk Babel.

          Pesan hari ini sangatlah jelas, yaitu kita sebagai orang percaya yang beriman kepada Allah yang hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah kita itu hidup dan kuasa-Nya lebih besar dari segala kuasa yang ada di dunia ini. Keyakinan ini akan menuntun kita untuk menjalani hidup tanpa takut dan gentar karena kita percaya bahwa Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa senantiasa menjaga dan menyertai kita.

Doa :
Ya Tuhan mampukan kami hanya memuji dan menyembah kepada Allah yang hidup dan kekal

Saturday, September 17, 2016

Berpuaslah dengan bagianmu

Syaloom saudara dan sahabatku, diakhir minggu ini aku masih bersama Matius 20 : 11 - 16. Kita terkadang tidak merasa puas dengan apa yang kita dapat atau kita peroleh. Dan kita merasa selalu tidak pernah cukup, itulah suatu sifat dari manusia, yang selalu merasa kurang.

Ambilah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu (Matius 20 : 14).

          Bacaan ini menggambarkan sikap tuan rumah yang ingin melakukan kebaikannya kepada orang lain juga. Tuan rumah itu merasa sudah memberikan kepada para pekerja itu apa yang menjadi bagian mereka, menjadi hak mereka. Setelah itu, tuan rumah itu merasa urusannya dengan mereka telah selesai. Pekerja itu juga menerima apa yang menjadi hak mereka, bagian mereka. Tuan rumah telah melaksanakan kewajibannya kepada pekerja itu, dan ia ingin terus memberikan hak kepada pekerja lain lagi. Seharusnya para pekerja itu merasa cukup. Masalah muncul ketika mereka merasa belum cukup.

          Perasaan belum cukup itulah yang selalu menghantui manusia dalam kehidupannya. Manusia selalu diliputi perasaan tidak cukup. Perasaan seperti ini merupakan sumber dari banyak masalah manusia. Masalahnya, apakah manusia bisa hidup dengan secukupnya saja? Nampaknya susah karena manusia selalu merasa kurang. Manusia harus makan, sedangkan kebutuhan makan itu terjadi terus hampir setiap tiga, empat jam. Itulah masalah manusia. Kalau saja manusia bisa membiasakan diri untuk merasa cukup, mungkin masalah bisa dikurangi.

          Masalah-masalah seperti inilah yang mengakibatkan benturan-benturan kemanusiaan. Yang pada akhirnya terjadi suatu tingkatan atau level pada manusia itu sendiri. Seperti seseorang yang tidak puas dengan keadaannya, karena merasa kurang, akhirnya dia akan melakukan sesuatu yang menurut dia dapat membuat dia lebih dari yang lain. Setelah dia lebih dari orang lain, dia tetap merasa kurang dan kurang ..... itulah suatu sifat manusia yang tak pernah puas ....


Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir (Matius 20 : 16)

          Ketika Obama dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, masyarakat dunia menyaksikan suatu peristiwa besar, yaitu bahwa seorang berkulit hitam untuk pertama kalinya menjadi presiden atas bangsa yang berkulit putih. Pada masa lalu bangsa Amerika itu pernah mengalami perang sipil sehubungan dengan isu perbudakan yang dialami oleh orang-orang Amerika berkulit hitam, Mereka adalah orang-orang Afrika yang dibawa dari benua Afrika untuk dijadikan budak-budak bagi bangsa Amerika yang berkulit putih.

          Seperti ucapan Yesus di dalam Injil Matius, bagi bangsa Yahudi pada waktu itu adalah sesuatu yang mustahil. Bagi bangsa Yahudi, mereka adalah umat Tuhan, sedangkan bangsa-bangsa lain (goyim) tidak. Oleh karena itu bagaimana mungkin bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan itu bisa menjadi terdahulu? Pada awal abad pertama zaman bersama ketika Yesus hidup, bangsa Yahudi adalah bangsa yang percaya pada Tuhan, sedangkan bangsa Yunani tidak. Akan tetapi pada akhir abad itu, para pengikut Yesus terutama adalah bangsa Yunani. Ucapan Yesus itu membuktikan bahwa hal itu terjadi.

          Kalau dalam kehidupan keagamaan, perubahan seperti itu bisa saja terjadi, maka pikiran-pikiran keistimewaan suatu suku, atau bangsa, atau ras juga bisa berubah. Kasus Obama yang menjadi presiden adalah buktinya. Mereka yang dahulu budak, kini menjadi presiden, orang nomor satu dari bangsa Amerika. Dalam kehidupan apa pun hal seperti ini bisa terjadi dan sudah terjadi.

Doa :
Berikanlah kepada kami makanan kami yang cukup hari demi hari agar kami tahu Tuhan yang memberikannya dan menjadi takut akan Tuhan dan ampunilah kami kalau kami terlalu merasa diri istimewa sehingga telah merendahkan sesama kami yang bukan bagian dari kami, entah karena agama, suku, atau ras apa pun. 

Wednesday, September 14, 2016

Ketika hati terpaut harta

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu. Hari ini aku masih bersama Matius 19 : 16 - 22. Di sini kami banyak berbicara tentang seseorang muda yang kaya dalam hidupnya.

Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya (Matius 16 : 22)

          Ada seorang anak kecil yang berumur tiga tahun, dia menangis tak mau ikut orang tuanya bepergian karena orang tuanya lupa membawakan bantal bayinya yang sangat disayanginya. Tanpa bantal tersebut, anak itu tidak akan bisa tidur. Bantal itu telah menjadi bantal kesayangannya yang tak terpisahkan. Hatinya telah terpaut kuat pada bantal itu. Pautan anak itu dengan bantalnya telah sedemikian eratnya sehingga, tanpa bantal itu, seolah hidupnya tak berarti.

          Orang muda yang bertanya pada Tuhan Yesus sangat yakin bahwa dia telah memenuhi semua hukum Taurat dengan setia, tanpa kurang suatu apa pun. Oleh karenanya ketika bertemu Yesus yang mengajarkan tata kehidupan keagamaan yang menarik perhatian banyak orang, ia ingin menjadi seperti yang Yesus ajarkan itu. Lalu ketika Tuhan Yesus memintanya menjual semua hartanya, sedihlah hatinya, karena banyak hartanya.

          Ia sedih bukan karena banyak hartanya. Ia sedih  karena hatinya sudah terpaut kuat pada hartanya. Itu sesuatu yang mudah dipahami karena sudah tentu ia bekerja keras untuk hartanya itu. Karena itu benar kata Yesus dalam Matius 6 : 21 'Karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada'. Kita harus belajar dari cerita orang muda ini bahwa pautan hati yang penting dalam Injil Yesus Kristus. Kalau hatinya berada pada orang, entah itu anak atau anak-anaknya, atau pekerjaan Tuhan, sehingga telah menjadi 'hartanya', maka ke situlah nanti hartanya akan digunakan. Harta duniawi itu alat untuk melayani harta surgawi yang Tuhan Yesus ajarkan dalam injil-Nya. Yang Tuhan Yesus ingin katakan adalah 'Dimana hatimu berada, disitu juga harta berada'. Karena itu keputusan kita untuk-Nya menetapkan kemana hati kita berikan.  Itu yang menentukan.

Doa :
Ajari kami Tuhan menetapkan hati sesuai kehendak-Mu supaya harta yang kami peroleh karena kasih-Mu dapat melayani Tuhan.

Monday, September 12, 2016

Memahami kasih sayang bapak

Syaloom saudara dan sahabatku, hari ini aku bersama Matius 18 : 12 - 14. Aku bersama Matius berbicara tentang seorang bapak yang sangat bersedih karena anaknya. Aku pun teringat dengan ayahku yang telah tiada, dia pun sangat sayang kepadaku. Begitu juga dengan Allah yang adadi sorga sangat sayang pada umat-Nya.

Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang (Matius 18 : 12 - 14).

          Ada seorang bapak yang terbaring lemah di rumah sakit tiba-tiba menangis keras ketika melihat Pendetanya datang mengunjunginya. Sebelumnya ia pernah sakit, akan tetapi anak-anaknya yang lain mengatakan 'Papa sebenarnya tidak sakit seperti yang lalu. Tidak tahu kenapa tiba-tiba saja bisa sakit sehingga harus diopname'. Sang Pendeta yang mengenal baik keluarga itu tahu sebenarnya penyebab sakit bapak tersebut.

          Bapak itu ditinggal istrinya ke luar negeri meninggalkan empat orang anak yang masih kecil, sehingga sang bapak itulah yang harus bekerja keras membesarkan anak-anaknya itu. Ia tidak mempunyai pendidikan sarjana dan hanya bekerja sebagai sopir apabila ada yang meminta jasanya. Istrinya itu dengan terpaksa harus meninggalkan keluarganya karena tak tahan hidup bersama suaminya. Berkat kerja keras dan dukungan orang-orang yang memahami kehidupan keluarga itu, dua anaknya berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya. Yang satu telah menjadi pegawai negeri sipil dan sudah berkeluarga, yang kedua baru selesai dan sudah membantu di kantor gereja. Anak yang ketiga, walaupun tidak memiliki gelar sarjana, tetapi sudah bekerja. Anak yang keempat, rindu pada ibunya sehingga tidak sekolah dengan baik, karena selalu ingin pergi mengikuti ibunya, akan tetapi tak kunjung bisa. Anak itu tidak sekolah dengan betul, terlibat dalam berbagai kegiatan kenakalan remaja sehingga akhirnya dipenjara. Anak itulah yang menjadi pikiran bapak tersebut sehingga sakit.

          Ia mungkin bukanlah seorang suami yang baik sehingga tidak dapat menjaga hubungan suami istri dengan baik. Ia mungkin bukanlah seorang ayah yang baik sehingga tidak dapat mendidik anak bungsunya menjadi sama dengan ketiga kakaknya. Orang bisa saja menyalahkan bapak tersebut. Tetapi tangisannya itu menunjukkan hati seorang ayah yang mengasihi seorang anaknya yang tidak bersamanya. Ya, begitu juga dengan Bapa Sorgawi yang selalu mengasihi kita umat-Nya.

Doa :
Ampuni kami Tuhan, apabila kami telah kehilangan kasih sayang kepada suami/ istri dan anak-anak atau orang yang kami kasihi.

Saturday, September 10, 2016

Peringatan Tuhan seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita

Syaloom saudara dan sahabatku yang terkasih, hari ini dalam kelemahan tubuhku karena sedikit flu, aku ingin berbagi dengan kalian semua. Aku bersama 1 Samuel 8 : 10 - 22, merenungkan setiap peringatan Tuhan dalam kehidupan manusia.

          Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang berakal budi dan telah memberi martabat seorang pribadi yang memiliki kehendak bebas dalam menjalankan hidup sebagai rekan kerja Allah. Akal budi yang melahirkan kehendak bebas ini dianugerahkan kepada manusia, agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, manusia gagal. Sebab manusia sering menggunakan kehendak bebas-nya untuk melawan Allah.

          Peringatan Allah yang sering dihadirkan dalam kehidupan manusia merupakan wujud nyata kasih-Nya yang besar dalam hidup manusia umat-Nya. Namun, umat-Nya tidak mampu merasakan bentuk kasih Allah lewat peringatan tersebut; karena mencari kesenangan duniawi. Seperti ilustrasi berikut ini :

          Seorang anak usia SMP memohon mengendarai sepeda motor seperti temannya. Sang ayah melarang dengan alasan karena anaknya belum memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi) dan juga karena tinggi badan sang anak belum mendukung; sehingga akan mempersulitnya dalam menjaga keseimbangan dan membahayakan dirinya serta orang disekitarnya. Sang anak tetap memaksa. Kekerasan hati sang anak membuat ayahnya mengijinkan dan berkata : "Baiklah, tetapi jika ada sesuatu, tanggung sendiri resikonya!". Namun, sore harinya saat pulang kursus, anak tersebut kecelakaan menyerempet mobil karena ketidakseimbangannya mengendarai motor tersebut. Peristiwa itu membuat anaknya sadar akan kesalahannya. 

          Hubungan ayah dan anak diatas ibarat seperti hubungan Tuhan Allah dengan umat-Nya. Sebagai umat sering memaksa keinginan dan kehendak kepada Tuhan Allah. Ketika Tuhan melihat itu tidak baik, maka sebagai Sang Bapa selalu memberikan peringatan resiko yang akan dialami. Namun, peringatan itu tidak didengar oleh umat dan tetap memaksa keinginannya. Itulah yang dilakukan bangsa Israel kepada Tuhan untuk meminta seorang raja. Kekerasan hati bangsa Israel, akhirnya membuat Tuhan mengijinkan permohonan mereka meskipun salah.

"Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel ..... Tuhan berfirman kepada Samuel: Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka" (ayat 19, 22)

          Saat ini kita belajar bahwa : Sekali pun Allah tidak senang dengan permintaan bangsa Israel karena motivasi mereka meminta itu salah di hadapan Tuhan, namun Allah mengijinkan permintaan mereka. Karena Allah ingin menuntun umat-Nya mengalami pembelajaran. Hal ini menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia. Hari ini ingatlah : Tuhan sering mengijinkan keinginan kita bukan karena Tuhan kalah atau mengalah; tetapi Tuhan mengijinkan karena Ia mau memberikan pembelajaran di dalam kehidupan umat-Nya. Mari, sebelum hidupmu hancur, belajarlah untuk selalu mendengar dan menjalankan peringatan dari Allah dengan selalu melakukan kehendak-Nya.

Doa :
Allah yang berkuasa atas kehidupan kami, ampuni kamiketika kami selalu memaksakan kehendak kami dan tidak mendengar peringatan-peringatan-Mu.

Sunday, September 4, 2016

Membawa pergumulan kepada Tuhan

Syaloom saudara dan sahabatku, apakabarnya minggu pagi ini ? Semoga masih ada berkat Tuhan untuk kita hari ini. Di hari minggu ini aku bersama 1 Samuel 1 : 1 - 18. Hmmm, pergumulan ....... ya pergumulan hidup. Kita seringkali mengalami pergumulan hidup yang turun naik tidak menentu. Tapi kita sebagai orang percaya harus dapat mengatasinya dengan mendekatkan diri pada Tuhan Allah.

..... "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta daripada-Nya" (1 Samuel 1 : 17)

          Semua manusia pasti diperhadapkan dengan pergumulan hidup. Bukan hanya orang kecil dan miskin yang bergumul atas hidupnya. Orang besar, pejabat dan yang kaya sekali pun tidak terlepas dari pergumulan hidup. Begitu juga dengan orang yang hidupnya dekat dengan Tuhan, seperti halnya Ayub. Pergumulanhidup yang menimpanya tiada taranya. Semua anaknya meninggal, hartanya habis dan istrinya pun meninggalkan dia.

          Kita pun pasti sering melihat atau bahkan kita mengalaminya sendiri. Dalam kehidupan rumah tangga, mendidik anak-anak kita, pekerjaan kita dan masih banyak lagi. Terkadang kehidupan rumah tangga yang terlihat damai ternyata di dalamnya penuh dengan bara api yang sewaktu-waktu akan membakar habis keluarga itu. Atau kita melihat anak-anak kita yang tumbuh dewasa dan terlihat baik, sopan, penuh ketaatan tapi dengan tak terduga mereka membuat kita shok karena mereka ternyata pecandu narkoba, minuman keras atau perbuatan asusila bahkan pembunuhan. Dan masih banyak contoh lainnya. Itu adalah merupakan contoh yang sering kita lihat dan alami. Dengan apa yang kita lihat dan alami seharusnya kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan membawa setiap pergumulan yang kita rasakan kepada Tuhan Allah. Itu juga yang terjadi pada Hana, istri Elkana. Sesuai dengan cerita 1 Samuel 1 : 1 - 18.

          Tak seorang pun luput dari pergumulan hidup. Bahkan orang yang dekat dengan Tuhan pun mengalaminya. Ingatlah bagaimana menderitanya Ayub, orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (ayat 1). Jadi jangan pernah berpikir untuk menghindari pergumulan hidup. Kalau Tuhan mengizinkannya hal itu pasti terjadi. Pikirkanlah bagaimana sikap iman kita dalam menghadapinya, seperti halnya Hana. Datang kepada Tuhan dengan mencurahkan isi hati sepenuhnya kepada-Nya. "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59 : 1).

Doa :
Tuhan yang baik, kami datang untuk membawa pergumulan ini kepada-Mu, supaya kami beroleh kekuatan, sebab Engkaulah Allah yang berkuasa atas kehidupan ini. 

Saturday, September 3, 2016

Berdirilah teguh di dalam Tuhan

Syaloom saudara dan sahabatku, bagaimana kabarnya ? Sudah lama tidak jumpa di blog aku, pasti rindu untuk dapat membaca dan berbagi pengalaman. Maaf jika aku untuk belakangan ini sibuk dalam mengajar para siswaku, sebab profesiku sebagai guru harus selalu berada di tengah-tengah siswaku untuk mengajar, tapi jangan lupa untuk bersekutu dengan jemaat lainnya dan mengurus keluarga. Hari ini aku bertemu dengan 1 Petrus 5 : 12 - 14, dia berkata kepadaku untuk selalu berdiri teguh di dalam Tuhan.

Berdirilah dengan teguh di dalam-Nya! (1 Petrus 5 : 12 - 14)

          Ketika kehidupan seseorang mengalami suatu peristiwa tragis yang dapat menghancurkan diri, hidup dan masa depannya maka mudah sekali ia menjadi sesat, pesimis, sinis bahkan apatis. Ia merasa tidak mampu lagi untuk berdiri tegak. Peristiwa tersebut sangat melemahkan tubuh, semangat, terlebih dan pengharapannya.

          Membiarkan diri untuk tidak berjuang lagi membuat seseorang dapat mempercepat kematiannya sendiri. Hidup adalah perjuangan, tetapi untuk berjuang hidup dan bertahan dalam penderitaan seseorang harus memiliki tujuan khusus yang melampui hidupnya sendiri.

          Penderitaan-penderitaan berat yang dialami oleh orang-orang Kristen pada masa pemerintahan Romawi oleh kaisar-kaisar yang berniat menghancurkan kekristenan sangat melemahkan orang-orang percaya. Mereka difitnah, disiksa dan dibunuh karena nama Yesus. Mereka tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk melawan. Itulah sebabnya Petrus merasa perlu untuk menasihati dan menguatkan mereka agar tidak menjadi lemah, kecewa, putus asa dan mundur. Intinya jangan pernah menyerah.

          Begitu pula dengan keadaan kita sekarang ini, yang berada di bawah pemerintahan kaisar-kaisar modern yang selalu membuat kita lemah, kecewa, putus asa karena sistem yang diterapkan.
Tapi kita tidak boleh mundur dan menyerah. Karena kunci utama kita adalah kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah adalah Allah sendiri yang berdiam di dalam kita. Apabila Allah berdiam dan menjadi pelaku di dalam kehidupan kita, maka kita pasti mampu menanggung segala penderitaan. Mengapa? Sebab bukan kita lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita. Kristus pasti mampu mengatasi segala penderitaan di dalam kita. Jadi nasihat-nasihat inilah yang membuat gereja mula-mula akhirnya mengerti dan memahami apa arti menderita bagi Kristus. Mereka bersedia menderita dan mati bagi Kristus. Justru melalui aniaya-aniaya yang hebat inilah, akhirnya kekristenan berhasil menyebarkan Kerajaan Allah di seluruh kerajaan Romawi.

Doa :
Tuhan, topang dan kuatkan kami agar tetap teguh berdiri dan menjalani kehidupan yang penuh pergumulan, dan kiranya kami dapat melaluinya serta berjuang meski penuh dengan tantangan.