Translate

Tuesday, January 30, 2018

Jangan Menghakimi

Syaloom, ...... saudara dan sahabatku. Kita sebagai manusia terkadang sangat kesal dan marah jika melihat orang-orang disekitar kita melakukan hal yang tidak terpuji, bahkan seringkali kita menghakimi mereka dengan memaki, mencaci atau yang ekstrim dengan memukulinya. Apakah tindakan kita sudah sesuai dengan Firman Tuhan ?

Roma 2 : 1 - 11.
Sebab Allah tidak memandang bulu (Roma 2 : 11).

          Setiap insan memiliki kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan yang sama, yaitu sama-sama memiliki kecenderungan berbuat salah. Masalahnya kita selalu mengukur kebenaran menurut dirinya sendiri, lalu menjatuhkan hukuman terhadap yang lain atas perasaan dan pikirannya sendiri. Bagi yang memahami dan mengerti Firman Tuhan Roma 2 ayat 1, itu tidaklah jujur; karena pembenaran diri tidak cukup membebaskan dirinya dari dosa dan hukuman Allah (Roma 2 : 3). Mengapa tidak jujur? Sebab seharusnya kita sadar dan mengoreksi perilaku diri sendiri dan siap sedia melakukan kehendak Tuhan dengan setia (Roma 2 : 4).

          Sebaiknya kita sebagai umat Tuhan, janganlah menghakimi sesamamu, karena pembalasan adalah hak Tuhan! (Roma 2 : 11, Roma 12 : 19, Ibrani 10 : 30). Jika ada kesalahan yang dilakukan sesama, maka tugas kita adalah mengingatkan dia atas kesalahannya dan bukan menghakimi.

          Ketegasan ini hendaknya menolong kita untuk menjalin persaudaraan kasih yang rukun, jujur, benar, baik dan terbuka terhadap sesama. Sebab itu kita harus bertobat dari kesalahan dan bersikap benar, baik dan kudus adalah pengharapan kita orang percaya. Hal ini hendaknya mengingatkan, bahwa kita pun memiliki kecenderungan yang sama untuk berbuat dosa dan jangan hanya menutupi kesalahan sendiri lalu menuding orang lain yang bersalah.

          Marilah kita berusaha untuk memperbaiki perilaku diri sendiri, memohon hikmat Tuhan agar dimampukan dan dikuatkan untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan dengan setia, niscaya kehidupan kita sendiri diberkati oleh-Nya. Bukankah Firman Tuhan menyatakan, "bagi Tuhan tidak ada yang mustahil?" (Lukas 1 : 37), raihlah kesempatan untuk mengoreksi diri sendiri dan merubah sikap mulai sekarang dari pada menuding dan menghakimi orang lain. Maka Tuhan Yesus memberkati saudara dan sahabat.

Doa :
Tuhan, ajar kami untuk mampu mengendalikan atau menguasai diri. Biarlah Tuhan mengampuni kesalahan kami atas segala perbuatan dosa kami. Amin.

Friday, January 26, 2018

Love_Life: Yang berhikmat akan membawa keselamatan

Love_Life: Yang berhikmat akan membawa keselamatan: Syaloom, ..... saudara dan sahabatku semua. Apakabar untuk hari ini? Semoga sehat dan baik semua. Tuhan Yesus memberkati. Amin. Di sekitar ...

Yang berhikmat akan membawa keselamatan

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku semua. Apakabar untuk hari ini? Semoga sehat dan baik semua. Tuhan Yesus memberkati. Amin. Di sekitar kehidupan selalu ada kemalangan. Kita selalu was-was apakah kita akan mendapat kemalangan atau justru orang lain yang akan menderita. Sebab itu seharusnya kita sebagai orang yang percaya akan Kristus Yesus menjadi orang yang dapat berhikmat. Seperti Pengkhotbah 9 : 13 - 18.

Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik (Pengkhotbah 9 : 18).

          Siapakah orang yang disebut berhikmat? Orang berhikmat adalah mereka yang cakap menggunakan wawasan dan ketrampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan sebuah tugas, didalam menghadapi sebuah masalah, dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Maka tidak heran jika orang yang berhikmat mampu mengubah nasibnya dengan meraih kesuksesan. Bahkan lebih dari itu, dengan bertindak cermat dia dapat pula menyelamatkan kehidupan orang banyak.

          Terkadang untuk menjadi orang berhikmat menunggu kita kaya dan mempunyai harta melimpah, justru kita akan menjadi orang yang lupa sehingga kita tidak menjadi orang yang berhikmat. Orang berhikmat tidak harus menunggu menjadi kaya, tetapi kita miskin pun bisa menjadi orang yang berhikmat. Sebab orang berhikmat hanya menggunakan wawasannya dan ketrampilan yang dimilikinya, seperti pada Pengkhotbah 9 ayat 14. Demikianlah keuntungan dan kekuatan orang berhikmat.

          Orang yang berhikmat tidak mudah terprovokasi oleh besarnya lawan atau masalah yang menghadang dalam hidupnya. Dia lebih memilih untuk percaya diri dan optimis, ketimbang merasa takut dan pesimis; sebab dia sanggup melihat berbagai pilihan di tengah ancaman dan tekanan yang ada. Orang berhikmat memang pantang menyerah sebelum mencoba dan tidak menyombongkan diri serta tidak menuntut pujian.

          Oleh sebab itu jika kita sudah melakukan suatu hikmat bagi orang banyak dan orang-orang tersebut melupakan atau kurang menghargai jasa baik kita, hendaklah kita untuk tetap mampu hidup tenang (Pengkhotbah 9 : 16). Sebab masyarakat tidak selalu memberi apresiasi kepada prestasi orang berhikmat. Mereka masih menjadikan kekayaan dan status sosial sebagai ukuran utama, layak atau tidaknya seseorang menerima pujian. Dan kiranya realita ini tidak menjadikan kita berputus asa untuk tetap mengusahakan kebaikan dengan hikmat yang Tuhan beri.

          Dan kita sebagai anak-anak Tuhan, marilah tetap memohon hikmat dari pada-Nya dan pergunakanlah itu untuk membangun masa depan yang indah, sambil tetap waspada agar kita terhindar dari kekeliruan yang dapat merusak segalanya (Pengkhotbah 9 : 18). Tuhan menyertai langkah dan karya kita.

Doa :
Karuniakanlah aku hikmat, ya Tuhan, serta mampukanlah aku untuk mempergunakannya demi kebaikan dan kesejahteraan hidup bersama. Amin.