Translate

Monday, March 27, 2017

Hanya Tuhan yang dapat menolong

Syaloom,..... saudara dan sahabatku. Hari ini adalah hariyang special buatku sebab Tuhan Allah telah memberkatiku dengan bertambahnya usiaku. Dan aku sangat berterima kasih pada saudara dan sahabatku yang telah memberikan doanya padaku. Kiranya hanya Tuhan Allah yang dapat membalas semua itu.

Ratapan 2 : 11 - 16
Sekalian orang yang lewat bertepuk tangan karena engkau. Mereka bersuit-suit dan menggelengkan kepalanya mengenai puteri Yerusalem : "Inikah kota yang disebut orang kota yang paling indah, kesukaan dunia semesta?" (Ratapan 2 : 15)

          Terkadang kita mengalami kesedihan yang sangat mendalam, sehingga air mata kita terkuras dan menyebabkan mata kita sembab selalu. Kesedihan tersebut dapat terjadi karena orang-orang yang sangat kita sayangi, kasihi dan cintai dalam keadaan sakit, mengalami kecelakaan atau meninggal dunia. Demikian pula ungkapan kesedihan yang mendalam dari tuturan sang penyair dari kitab Ratapan yaitu nabi Yeremia.

          Mereka menangis dan meratapi kejatuhan dari kota Yerusalem. Kota indah yang menjulang permai kini menjadi tertawaan musuh dan umat Israel tidak dapat berbuat apa-apa tatkala hinaan itu dilontarkan. Demikian pula kita sebagai umat Kristen akan mengalami hal yang sama yaitu menjadi bahan tertawaan dan olok-olok bahkan hinaan jika kita tidak dapat menjaga harga diri kita dengan tutur kata yang baik dan sopan, tingkah laku, perbuatan kita. Bagaimana caranya?

          Hendaklah kita koreksi diri kita dan kembali pada Tuhan. Sebab kita akan merasakan bagaimana jika Tuhan mencampakkan kita dan meninggalkan kita. Kita benar-benar tak akan dapat berbuat apa pun. Karena itu jangan lagi menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan.

          Biasanya kita akan marah atau kecewa jika harapan kita musnah atau gagal. Dan sudah tentu kita akan marah pada orang-orang disekitar kita, bahkan terkadang kita pun berteriak pada Tuhan dengan ucapan yang sangat kotor. Seharusnya kita tidak melakukan hal seperti itu, marah dan berteriak-teriak pada Tuhan. Justru sebaliknya kita harus kembali mendekat dan mengikuti firman Tuhan serta berjalan di jalan yang benar. Tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada-Nya.

          Terkadang kita tidak mengerti cara Tuhan menegur kita. Bisa saja kita dibuatnya pontang panting atau jungkir balik, namun kita tidak boleh kehilangan pengharapan sebab kita sadar bahwa tangan Tuhan tetap memegang kita. Itulah perjalanan hidup orang beriman. Tidak ada yang dapat menolong kecuali Tuhan. Seharusnya pada saat kita mengalami kesulitan dan kegoncangan, justru membuat kita semakin kuat dan beriman dalam memahami Tuhan. Disinilah kita melihat bahwa hukuman Tuhan itu mutlak.

          Dalam menjalani hidup ini, selalu ada koreksi yang Tuhan ingin tunjukkan walau kadang-kadang kita tidak siap untuk dikoreksi. Tidak jarang kita menjadi terkejut dan terpana. Jangan memberontak tetapi berikanlah kepada Dia, hati yang mau mengakui kesalahan dan dosa.
Kiranya kita semua rela dikoreksi oleh Tuhan.

Doa :
Bantulah kami ya Tuhan, untuk tetap berpegang pada-Mu saja dan pada janji-janji-Mu.

Wednesday, March 22, 2017

Mewariskan iman

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Hmmm, .... warisan, adalah sesuatu yang suka ditunggu oleh anak-anak atau keluarga tatkala orang tua kita sudah tidak ada atau meninggal dunia. Dan biasanya akan saling bertengkar jika pembagian warisan tersebut tidak adil. Artinya akan terjadi perebutan warisan yang dapat berupa barang, perusahaan, rumah, surat-surat penting atau lainnya.

          Malam hari ini aku membaca kitab Hakim-hakim 2 : 6 - 23.
Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN atau pun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel (Hakim-hakim 2 : 10).

          Pengalaman adalah guru yang baik dan pengalaman orang lain dapat menjadi pelajaran bagi kita. Sebab itu pelajaran sejarah sangatlah penting agar dapat mengetahui langkah yang patut dilakukan bila mengalami hal yang sama sehingga yang salah atau keliru tak diulang dan yang baik dapat diteruskan dan ditingkatkan.

          Dan sudah sepatutnya kita sebagai orang tua atau yang lebih tua mengajarkan apa yang diketahui dan dialami kepada anak-anak atau generasi berikutnya. Yang dimaksudkan adalah perilaku yang dapat dibaca oleh generasi berikutnya. Itulah warisan yang paling berharga. Sebab bila mewariskan kekayaan atau materi dapat segera habis sedangkan mewariskan tingkah laku atau iman yang ditunjukkan dengan baik akan menjadi warisan yang tak ternilai.

          Terkadang ada orang tua yang lebih mengutamakan kesenangan duniawi, seringkali bangga atas pencapaian akademik dan kekayaan yang dimiliki serta menganggap soal hidup beriman itu hak asasi yang tak perlu dipaksakan. Dan itu sudah terjadi pada saat ini, dimana orang tua sangat bangga pada anaknya, tapi tak tahu dari mana di dapatnya semua itu bahkan tak jarang orang tua sangat mendukung perbuatan anak-anaknya.

          Mewariskan iman yang benar adalah tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya. Apakah gunanya mewariskan harta benda, kekayaan dan kepintaran tetapi kehilangan iman? Bukankah hidup beriman akan membuat seseorang berguna dalam dunia ini? Sedangkan bila kekayaan dapat segera berakhir. Demikian juga orang yang berpendidikan tinggi tak menjamin hidupnya berguna bila tanpa beriman kepada Tuhan. Sebab banyak juga orang yang pandai tapi kepandaiannya digunakan untuk membinasakan orang lain. Karena itu ajarlah anak-anak untuk taat kepada Tuhan Yesus dengan memanfaatkan talentanya. Dengan taat, maka hidup anak-anak kita jadi berkat.

Doa :
Ya Tuhan, tuntun kami mempraktekkan hidup yang benar, yang dapat membimbing anak dan generasi berikutnya tetap berjalan di jalan-Mu.

Monday, March 20, 2017

Hadapilah tantangan hidupmu

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Semoga kasih Tuhan masih selalu menyertai kita semua. Seringkali kita berhadapan dengan rasa takut yang begitu kuat. Sebab kita tidak percaya akan firman Tuhan yang akan memberi kita kekuatan.

Yosua 11 : 1 - 15
Lalu Tuhan berkata kepada Yosua : "Janganlah takut menghadapi mereka, sebab besok kira-kira waktu ini Aku menyerahkan mereka mati terbunuh semuanya kepada orang Israel. Kuda mereka haruslah kau lumpuhkan dan kereta mereka haruslah kamu bakar dengan api" (Yosua 11 : 6)

          Takut akan membuat kita lemah dan tak bersemangat. Namun bila kita berani maka kita bisa jadi kuat dan pantang menyerah. Mengapa takut? Biasanya kita menjadi takut karena merasa tak mampu, merasa kecil dan tak sebanding dengan lawan, atau dalam keadaan bingung sehingga menjadi takut. Sesungguhnya Tuhan mengetahui kemampuan kita sehingga dikatakan : "Jangan takut". Benar bila kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri tak akan mampu seperti Yosua yang belum berpengalaman menggunakan kuda dan kereta perang. Namun, bila mengandalkan Tuhan yang maha kuasa maka akan ada keberanian dan juga kemenangan.

          Seperti Yosua yang tanpa pengalaman dalam berperang. Jika dipikir dengan logika, dia tidak akan menang melawan raja Hazor, sebab Rabin sebagai raja Hazor berhasil mengumpulkan para raja disekitarnya untuk bersekutu dan menjadi sebuah pasukan yang sangat besar dan kuat. Namun Yosua tidak mengikuti cara berpikir manusia pada umumnya, tetapi Yosua lebih mengandalkan Tuhan sehingga perkataan firman Tuhan menjadi jaminan bahwa bangsa Israel dapat mengalahkan musuh sehebat apa pun karena Tuhan berjanji akan menolong bangsa Israel dalam peperangan. Yosua diberi hikmat oleh Tuhan agar berperang dengan strategi yang tepat.

          Demikianlah juga kekuatan dunia yang amat besar sebagai gambaran tantangan dalam hidup, seringkali membuat kita takut menghadapinya. Justru kita harus lebih percaya pada kuasa Tuhan yang lebih kuat dari segalanya, dengan tetap taat seperti yang ditunjukkan oleh Yosua maka kita akan beroleh kemenangan dalam pertempuran di kehidupan ini. Jangan andalkan kuda dan kereta tetapi andalkan saja Tuhan. Artinya dalam menjalani kehidupan ini kita selalu menghadapi lawan-lawan yang membuat kita merasa tidak mampu, merasa kecil dan tak berdaya, tetapi kita harus tetap taat akan perintah-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Sebab Tuhan tahu kelemahan kita maka kita akan beroleh kemenangan.

Doa :
Nyatakanlah penyertaan-Mu yang memberi kemenangan menghadapi berbagai tantangan dalam hidup kami. 

Saturday, March 18, 2017

Cerdik melihat situasi

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Apa kabar, semoga di akhir minggu ini semua baik dan sehat selalu. Hmmmm, tema hari ini adalah tentang kecerdikan. Dan sudah tentu terambil dari kitab Yosua 9 : 1 - 21.

..... maka mereka pun bertindak dengan memakai akal : ..... (Yosua 9 : 4)

          Kita tahu binatang kancil? Ya, kancil adalah binatang yang cerdik. Waktu kita kecil, kita selalu di dongengkan oleh orang tua kita sebelum tidur. Dongeng itu adalah si kancil. Aku masih sangat mengingatnya. Walau pun ibu ku sudah tiada namun dongeng itu selalu masih terngiang di telingaku. Dan kini kedua putraku pun sudah remaja, tapi waktu mereka masih kecil pun aku selalu mendongengkannya sebelum tidur.

          Cerita dongeng tentang si kancil mengingatkan kita betapa lihainya kata-kata si kancil sehingga lepas dari mulut buaya yang sudah lapar. Kancil lepas dari cengkraman buaya karena memiliki kecerdikan. Walaupun itu hanya cerita dongeng, tetapi telah mengingatkan kita bahwa kecerdikan sangat dibutuhkan bagi siapa pun juga agar mampu keluar dari berbagai kesulitan.

          Seperti tema bacaan hari ini, bagaimana orang Gibeon memutar otak agar tidak menjadi sasaran serangan selanjutnya dari orang Israel. Caranya adalah : menyediakan tempat bekal dan minum yang jelek, kasut dan pakaian yang buruk serta roti yang sudah kering (Yosua : 4 - 5). Tujuannya tidak lain agar mendapat belas kasihan dari Yosua dan orang Israel. Kecerdikan orang Gibeon berhasil dan melalui Yosua diadakan persahabatan bahkan sumpah untuk tidak menganggu dan membiarkan mereka hidup (Yosua 9 : 15)

          Mengapa Yosua dan orang Israel gampang terperdaya? 
  1. karena penampilan orang Gibeon yang lusuh
  2. mereka tidak bertanya atau meminta petunjuk dengan TUHAN (Yosua 9 : 14) 
Orang Gibeon cerdik melihat situasi dan berhasil mengelabui Yosua dan orang Israel. Kini mereka tinggal tentram ditengah-tengah orang Israel.

          Banyak orang ingin menjadi pandai dan cerdik tentu sangat baik, tetapi kepandaian dan kecerdikan seharusnya dipakai untuk tujuan baik bagi diri dan sesama ciptaan dengan tidak mencari keuntungan sendiri tanpa mempedulikan kerugian yang dirasakan oleh ciptaan yang lain. Namun saat ini banyak orang cerdik yang salah memanfaatkan kecerdikannya, misalnya pengemis; dengan pakaian lusuh ,kumal, dan terkadang membalur tubuhnya agar terlihat cacat, atau dengan mengendong, menuntun seorang anak bayi atau anak kecil untuk mendapat belas kasihan dari orang lain. Cerdik seperti itukah yang kita harapkan? Sudah tentu kita sebagai orang yang beriman akan menjawab : Bukan. Sebab kata Yesus, "cerdiklah seperti ular" yang bermaksud bahwa kecerdikan bukan untuk mempedayai atau menipu orang atau ciptaan yang lain. Kita seyogianya cerdik, supaya tidak mudah ditipu tetapi juga tidak menipu orang lain. Bagaimana dengan saudara dan sahabatku?

Doa :
Ya Roh Kudus berilah hamba-Mu hikmat agar dapat membedakan yang benar dan jahat.

Wednesday, March 15, 2017

Runtuhnya tembok itu ....

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Semoga hari ini selalu ada berkat kasih karunia Tuhan untuk kita umat-Nya yang percaya. Saudara dan sahabatku, bagaimana caranya untuk meruntuhkan sebuah tembok yang kokoh? Sudah pasti kita akan menjawab dengan mudah dan ada berbagai jawaban yang diberikan. Ada yang menjawab, rubuhkan dengan alat-alat berat, bahan peledak atau gempur dengan palu, linggis.

Yosua 6 : 15 - 27
..... bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu ..... dan merebut kota itu (Yosua 6 : 20).

          Bagaimana tembok Yerikho bisa runtuh? Sudah pasti jawabannya akan berbeda dengan jawaban yang di atas, sebab pada masa itu belum ada alat berat, bahan peledak atau palu dan linggis. Pasti kuasa Tuhan yang melakukannya! Ada seorang penafsir yang mengatakan bahwa Tuhan berdaulat mengendalikan hukum alam. Frekuensi getaran yang dihasilkan dari derap langkah umat Israel ditambah seruan nyaring mereka dan suara sangkalala, ternyata menghasilkan frekuensi getaran lipat ganda atas tembok tersebut. Alhasil hancurlah tembok tersebut.

          Runtuhlah tembok itu! Penyebabnya apa hanya derap langkah, seruan nyaring dan suara sangkalal? Pelakunya tetap satu, Tuhan Yang Berkuasa. Tuhan terlibat di dalam runtuhnya tembok Yerusalem. Tuhanlah yang memberi instruksi dan petunjuk kepada Yosua untuk diteruskan kepada umat Israel (Yosua 6 : 3 - 4) agar mengelilingi kota tersebut. Caranya, pertama : mengelilingi kota tersebut selama enam hari, kedua : pada hari ke tujuh mereka mengelilingi kota tersebut sebanyak tujuh kali ( Yosua 6 : 4, 15), dan ketiga : bersorak dengan nyaring dan meniup sangkalala, hasilnya tembok itu runtuh ( Yosua 6 : 20). Runtuhnya tembok itu karena umat Israel taat melaksanakan petunjuk Tuhan walau terkesan awalnya tak masuk akal. Kemenangan umat Israel atas Yerikho memperlihatkan pekerjaan dan kuasa Tuhan. Tembok yang kuat dan kokoh runtuh hanya hitungan hari karena ketaatan umat Israel kepada Firman Allah. Tuhan telah menyatakan mukjizat dari segi waktu dan kesempurnaan-Nya.

          Saudara dan sahabatku, pada masa modern ini ada banyak "tembok-tembok yang kokoh" yang kita temui dalam kehidupan ini. Tembok-tembok yang mungkin saja membuat kita tidak berdaya meruntuhkannya. Tembok-tembok yang menghambat kita meraih masa depan. Sebagai orang percaya, kita harus meyakini bahwa kita mampu meruntuhkan semua "tembok penghalang" dengan cara menyelami semua rencana Tuhan, ikuti setiap petunjuk-Nya serta jangan meragukan kuasa-Nya. Tidak ada "tembok" yang tidak runtuh apabila datang berserah dan mengikuti jalan-jalan-Nya.

Dan sebagai catatan :
Kesombongan dan keangkuhan, egois dan tidak peduli dengan sesama, amarah dan kebencian itu adalah contoh dari "tembok-tembok yang kokoh" pada masa kini. Dapatkah kita meruntuhkannya? Pasti bisa ...!! saudara dan sahabatku. Jika kita berdoa, melakukan Firman-Nya dan berserah diri dengan penuh.

Doa :
Tuhan Yesus yang Maha dasyat berikanlah iman yang kuat agar hamba-Mu dapat meruntuhkan tembok yang menghalangi jalanku.

Sunday, March 12, 2017

Yesus dan sabat .....

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku. Hari Sabat atau Minggu atau Sunday adalah hari perhentian, namun bukan kita berhenti dari pekerjaan kita dan hanya duduk diam, bukan itu .... tapi kita harus koreksi diri, apa yang sudah kita lakukan selama seminggu ini? Adakah kita menyimpang dari Firman Tuhan, atau adakah kita menyakiti orang lain dan sebagainya. Sudah pasti kita juga berserah pada Tuhan dengan segala pergumulan yang ada.

          Seperti renungan hari ini, dalam Yohanes 5 : 14 - 18. 
Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat (Yohanes 4 : 16)

          Kehadiran Yesus selalu mendapat perhatian orang banyak, disebabkan ada dua hal yaitu : pertama - pengajaran yang disampaikan-Nya membuat banyak orang takjub (Markus 1 : 22); kedua - mujizat yang dikerjakan-Nya (bandingakan Matius 14 : 34 - 36). Namun sangat disayangkan, semua pekerjaan Yesus baik melalui pengajaran dan mujizat tidak selalu mendapat simpatik dari orang-orang Yahudi terlebih dari pemuka agama. Mengapa? karena Sabat. Yesus dianggap telah menistakan Sabat atau Minggu atau Sunday.


          Lalu, bagaimana jika pada hari Sabat tidak boleh melakukan sesuatu? Apa yang akan kita perbuat bila kita menghadapi suatu kejadian dan kita harus bertindak untuk membantu orang tersebut? Sudah tentu kita salah jika kita tidak membantu orang yang kesulitan atau kesusahan. Seperti yang terjadi pada kalangan orang Yahudi pada saat itu, mereka tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan apa pun, bahkan untuk menolong orang pun tidak dibenarkan. Tetapi Yesus menyembuhkan orang sakit karena belas kasihan, namun orang Yahudi menganggap hal itu salah dan haram hukumnya.

          Dan kita seharusnya sadar bahwa Yesus tidak pernah bermaksud untuk meniadakan hari Sabat. Yesus hanya ingin meluruskan pemahaman yang keliru mengenai Sabat. Bagi-Nya menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat adalah tindakan yang mulia dan berkenan dihadapan Bapa-Nya. Yesus menegaskan : "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Markus 2 : 27). Artinya bahwa Yesus lebih berkuasa dari Sabat, Yesus adalah Tuhan atas Sabat. Yesus bebas dan berwenang untuk melakukan segala pekerjaan apalagi melakukan perbuatan baik.

          Jadi ingatlah saudaraku, ada begitu banyak "sabat-sabat" yang terkadang menghalangi kita melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita. Marilah kita membuka hati dan pikiran serta berani melakukan karya kebaikan, kepedulian dan belas kasih bagi sesama tanpa batasan "sabat-sabat" baru.

Doa :
Tuhan, singkirkanlah dariku halangan-halangan yang membuat aku menyatakan kasih-Mu.

Saturday, March 11, 2017

Penyembuhan-Nya membebaskan

Syaloom, ..... saudara dan sahabatku semua. Di akhir minggu ini, kiranya saudara dan sahabatku dalam keadaan sehat selalu. Hari ini aku akan membagikan kesaksian tentang hidup yang benar. Saudara dan sahabatku, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Segala yang terjadi berada dalam kasih, rencana dan kehendak-Nya. Banyak hal yang kita akui sulit diterima akal jika kita mencoba menyelami kasih-Nya yang kita alami. Secara akal dan logika manusia, apa yang kita alami sulit diselesaikan, penyakit yang parah, kebutuhan hidup yang membebani, dan masih banyak yang lainnya. Namun ketika kita menjalani kehidupan, semua persoalan tersebut mampu dilewati. Mengapa ? Karena satu hal yang tidak kita sadari bahwa Tuhan turut bekerja dalam setiap kehidupan yang kita jalani.

Yohanes 4 : 46 - 54
Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya : "Anakmu hidup". Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya (Yohanes 4 : 53)

          Pengalaman seorang pegawai istana yang anaknya sedang sakit di Kapernaum mungkin juga merupakan pengalaman yang pernah kita alami. Kita sudah pasti akan cemas dan takut, terlebih lagi jika kita sedang berada di luar kota kerena tugas. Perasaan "cemas" dan takut akan selalu berada di sekitar kita. Dan biasanya kita akan datang pada Yesus dengan penuh harap, memohon agar Yesus mau memberi kesembuhan pada anak kita dan sudah tentu itu merupakan tindakan yang tepat. Pastinya kita percaya pada Yesus sebagai tabib yang hebat, karena Dia akan menyembuhkan dan membebaskan. Aku sendiri sangat heran dengan keajaiban yang selalu aku terima dari-Nya. Terkadang tidak masuk akal dan logika, namun itulah. Sebab Yesus selalu berada dalam kehidupanku, dan hanya kepada-Nya aku berserah, menyerahkan seluruh hidupku.

          Bagaimana dengan keimanan kita. Seringkali kita ingin bukti dan baru percaya. Seperti yang kita tahu bahwa Yesus telah banyak melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Namun kita selalu tidak meng-amin-kan tindakan Yesus. Akibatnya, kita menerima sebagaimana yang kita takutkan atau kuatirkan. "Penyembuhan" Yesus dalam berbagai persoalan sesungguhnya membebaskan kita. Kita terbebas dari berbagai tekanan dan pergumulan. Syukurilah atas segala "penyembuhan" Yesus hari ini. Biarkanlah Yesus bertindak seturut kehendak, waktu dan cara-Nya. Yang penting kita setia dan percaya atas segala kehendak-Nya

Doa :
Kristus, syukur kami atas "penyembuhan" yang Engkau nyatakan dalam kehidupan kami. 

Wednesday, March 8, 2017

Pribadi yang bersyukur dan kesaksian yang rendah hati

Syaloom saudara dan sahabatku. Ada seorang tokoh Gereja Agustinus pernah berkata, "Kesombonganlah yang mengubah malaikat menjadi iblis, kerendahan hatilah membuat manusia menjadi malaikat". Ungkapan ini hendak menyatakan adanya kesombongan dalam diri seseorang karena dirinya merasa mampu dan melebihi orang lain. Dan kesombongan akan semakin tampak pada saat diri sendiri menceritakan kemampuan dan kelebihannya pada orang lain. Apakah saudara dan sahabatku melakukan seperti itu? Dan apa manfaatnya bagi saudara dan sahabatku?

          Pagi ini kita diingatkan dan diajak untuk melihat kesaksian dari Yohanes Pembaptis tentang Yesus (Yohanes 3 : 22 - 30). Yohanes sangat menyadari bahwa dirinya adalah utusan untuk mempersiapkan kedatangan Sang Mesias (Yohanes 3 : 27 - 28). Dan Yohanes sangat menyadari bahwa dirinya bukanlah Mesias tetapi hanya dipakai sebagai pembuka jalan bagi Yesus. "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" (Yohanes 3 : 30). Dapatkah kita bersaksi seperti Yohanes Pembaptis. Mungkin kita akan berpikir dua kali. Terlebih untuk orang-orang yang selalu berkecimpung dalam organisasi, pemerintahan atau pun yang lain.

          Belajar dari kesaksian Yohanes kita dituntut memahami artinya menjadi saksi Kristus. Terkadang tanpa kita sadari, kesaksian yang kita berikan justru hanya menceritakan diri kita sendiri bukan Yesus. Masalahnya kita tidak rela untuk semakin kecil dan Yesus semakin besar. Dan itu pun menjadi pergumulan hidup bagi kita, saudara dan sahabatku.

          Seperti setiap pagi yang selalu kita alami adalah merupakan anugerah Tuhan. Dan sepatutnya kita bersyukur atas hari baru dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk berkarya. Namun seringkali yang kita rasakan sangat berbeda. Di pagi hari kita merasakan kegelisahan dan takut. Takut untuk beraktivitas dan menjalani hari. Mengapa? Pertama, kita tidak mampu melihat bahwa Tuhan ingin kita berkarya seturut kehendak-Nya. Dengan bakat dan kemampuan yang diberikan, kita diharapkan bisa menjalankan hari-hari dengan hasil yang baik. Kedua, kita tidak memulai hari ini bersama Tuhan. Kita merasa mampu melakukan apa pun tanpa diri-Nya.

          Dan sudah tentu pergumulan itu akan membuat diri kita mengalami kesesakan. Penderitaan fisik, batin, harga diri hilang dan kepemilikan harta lenyap sehingga kita akan merasakan beban dan tekanan hidup. Hidup tanpa harapan. Wajar saja jika seorang Ayub pun yang begitu setia pada Allah akan mengungkapkan jeritan batin ....."seperti seorang budak yang merindukan naungan ....(Ayub 7 : 2), aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari .....(Ayub 7 : 4b), hari-hari ..... berakhir tanpa harapan (Ayub 7 : 6), orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi .....(Ayub 7 : 8), dan Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya (Ayub 7 : 10)".

          Ungkapan Ayub mungkin akan menjadi ungkapan kita juga. Tekanan dan beban berat kehidupan menjadi satu yang sulit dan takut untuk dilalui. Sebab itu setiap saat kita akan memulai kegiatan kita harus yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana dan maksud bagi kita. Imani bahwa Tuhan bekerja dalam diri kita, namun yang pasti kita memulainya dengan Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan kekuatan dan menghilangkan segala beban serta kegelisahan diri.

          Sebab itu mulailah hari ini dengan menjadi pribadi yang bersaksi dalam kerendahan hati, dan hendaknya juga kita harus selalu bersyukur atas kehidupan, kesempatan dan kehendak yang Tuhan inginkan dari kita. Bukalah hati agar syukur memenuhi setiap aktivitas yang kita kerjakan. Dan Tuhan pasti akan menyatakan anugerah dan karya-Nya dalam diri kita yang mau rendah hati, sebab dalam kerendahan hati kita menjadi jujur, tulus dan mampu serta rela melayani sesama. Inilah kesaksian nyata dan menjadi pribadi yang dipakai Tuhan, dan ucaplah syukur untuk hidup yang Tuhan berikan.

Doa :
Kami mensyukuri atas setiap hal yang boleh terjadi dalam kehidupan diri kami masing-masing, dan kami pun ingin bersaksi seturut kehendak-Mu melalui diri kami.


Sunday, March 5, 2017

Bebas menilai namun bertanggung jawab

Syaloom ...... saudara dan sahabatku, kiranya minggu ini Tuhan selalu berada dalam kehidupan saudara dan sahabatku. Hari Ayub 6 : 14 - 30, mengalami penderitaan saat kecewa terhadap sahabatnya, Elifas karena tidak memberikan "belas kasihan" namun mempersalahkan dirinya atas apa yang dialaminya.

Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur! Tetapi apakah maksud celaan dari pihakmu itu?

          Masing-masing kita pasti memiliki penilaian atas apa yang dilihat, dirasa atau dialami. Atas penilaian tersebut timbul pernyataan yang mengungkapakan apa yang dilihat, dirasa atau dialami tersebut. Namun, bagaimana jika kita menilai apa yang orang lain alami? Hal ini kadang menimbulkan pro dan kontra. Ada yang dapat menerima pandangan yang diberikan atau ada yang tidak menyukai karena sudah memberikan "vonis" atau hukuman atas apa yang dialami orang tersebut.

          Seperti Ayub, yang sangat kecewa terhadap sahabatnya yaitu Elifas. Elifas menilai bahwa penderitaan Ayub merupakan dosa yang diperbuat oleh Ayub. Namun Ayub tahu bahwa penderitaan luar biasa yang dialaminya bukan disebabkan oleh dosa. Oleh sebab itu Ayub kecewa dan menyatakan bahwa "Saudara-saudaraku tidak dapat dipercaya seperti sungai, seperti dasar dari pada sungai yang mengalir senyap" (Ayub 6 : 15). Dan lebih jauh Ayub menyatakan kekecewaannya dengan menyatakan dirinya "tidak meminta apa-apa, seperti uang tebusan yang besar ..... (Ayub 6 : 22 - 23). Ayub hanya mengharapkan bahwa sahabat-sahabatnya memberikan "belas kasihan" yang wajar. Bagaikan sebuah kafilah kehausan yang tiba pada sebuah wadi, namun wadi tersebut ternyata kering (Ayub 6 : 15 -21). Tindakan mereka yang tidak mengenal "belas kasihan" disebabkan kekhawatiran akan malapetaka yang dialami Ayub akan dialami oleh mereka juga. Begitu pula dengan kehidupan masa kini. Terkadang kita sangat tidak peduli dengan kesulitan orang lain, bahkan kita akan berkata : biarkan saja, itu bukan urusan kita. Apakah kita juga seperti mereka, yang tidak peduli dengan sesama? Bagaimana penilaian saudara dan sahabatku?

          Terlepas dari setiap penilaian masing-masing dalam hidup ini kita mengalami pengalaman yang berbeda. Semua perjalanan itu sesungguhnya tidak lepas dari kehendak dan rencana Tuhan. Yang paling penting bagaimana kita selalu mensyukuri setiap pengalaman kehidupan yang dialami - apa pun yang terjadi baik suka-duka. Sudahkah kita mensyukuri apa yang terjadi hari ini? Syukurlah atas hidup yang dialami .....

Doa :
Kristus, syukur kami atas setiap detik pengalaman hidup yang Engkau berikan kepada kami.